Part 20

24.1K 1.3K 12
                                    

Jaxton langsung turun ketika mobilnya berhenti di depan lobi hotel. Tangannya sibuk memegang ponsel yang ditempelkan di telinga. Di belakangnya Sashi menghela napas panjang. Kenapa masalah selalu saja mendera Jaxton Sebastian?

"Katakan pada mereka untuk tidak mencari keributan, Andrew. Saya sudah mengabari pihak hotel untuk menyiapkan ruangan meeting. Saya tidak ingin aksi ini diketahui banyak orang."

"Baik, Tuan. Perintah segera dikerjakan."

Jaxton berjalan tergesa dia hendak masuk ke dalam lift. Namun sebelum itu dia menoleh ke belakang. Tampak istri kecilnya memasang wajah masam.

Tanpa banyak waktu, Jaxton langsung menarik lengan Sashi agar cepat masuk ke lift. Diperlakukan seperti itu, Sashi tersenyum tipis ternyata om suami masih peduli kepadanya.

Sejenak keduanya terdiam saat lift mulai bergerak naik ke atas. Karena sudah penasaran, gadis berambut panjang lurus mencoba membuka pembicaraan.

"Ada masalah apa sih, Om? Kayaknya darurat banget." Ekor mata Sashi mengikuti pergerakan Jaxton yang sedari tadi terlihat resah.

Jaxton menarik napas panjang. "Pihak Cassera Kwin sedang mencari saya. Kelihatannya mereka tidak terima tentang perkara batalnya kontrak waktu itu."

Mendengar itu, Sashi langsung menegakkan tubuh. Dia terlihat terkejut yang benar saja wanita mengerikan sedang di sini dan menuntut penjelasan dari om suami.

"Terus gimana dong, Om. Kayaknya bakal ribet ini."

Jaxton menggeleng lalu memijit pelipis pening. Tak lama lift berdenting tanda telah sampai lantai tujuan. Bergegas keduanya menuju ruangan yang sudah di booking Jaxton untuk membicarakan permasalahan.

Saat keduanya berjalan cepat, Jaxton mencoba menghubungi kembali sang asisten.

"Ya, Tuan." Terdengar suara sedikit bising di seberang.

"Bagaimana?" Jaxton menatap lurus seraya menggenggam jemari Sashi saat berjalan menelusuri lorong-lorong hotel.

"Terkendali, Tuan. Mereka setuju untuk berbicara dengan kepala dingin."

"Bagus. Sebentar lagi saya akan sampai."

Setelah mengatakan itu, Jaxton mematikan sambungan telepon. Tangan kanannya sibuk memasukkan ponsel ke saku celana, sedangkan tangan kirinya mengenggam jemari halus istri kecilnya.

Butuh dua belokan untuk sampai di ruangan yang ditempatkan pihak Cassera Kwin. Begitu telah sampai di sana sudah ada Andrew yang menyambut di depan pintu.

Jaxton menatap sang asisten. "Ada berapa orang di dalam?"

Andrew berdehem. "Lima, Tuan. Cassera Kwin wanita sendirian yang lain asisten dan para pengawal."

Jaxton mengangguk paham. Dia beralih memandang Sashi yang sedari tadi bungkam di sampingnya. "Kamu istirahat di kamar. Pak Ali akan menemani kamu sampai ke kamar."

"Pak tolong antar Sashi ya. Hubungi saya jika terjadi apa-apa."

Pak Ali membungkuk. "Baik, Tuan."

Sebelum om suaminya melepas genggaman. Terlebih dahulu, Sashi mengelus lengan Jaxton. "Semoga cepet selesai masalahnya ya, Om."

Melihat senyum menenangkan istri kecilnya ada setitik perasaan tenang mendera dadanya. Jaxton mengangguk seraya mengelus pipi gadis dengan gaun hijau zamrud tersebut.

"Ke kamar. Saya akan kembali jika semua telah selesai."

Sashi mengangguk, dia pun segera melangkah meninggalkan Jaxton dan sang asisten. Selama menelusuri lorong ada pak Ali yang setia mengajak berbincang.

Spontaneous Wedding [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang