Part 13

26.6K 1.6K 3
                                    

Selamat membaca 😁

Rencana tinggal rencana, apa yang dikatakan Jaxton ternyata tidak tersalurkan juga. Pasalnya Damar menolak ditemui sebab, waktu sudah sangat larut malam. Ditambah baik Sashi dan Jaxton paginya akan berangkat ke Palembang.

Sesuai jadwal tiket yang dibeli, mereka akan take off jam setengah tujuh pagi. Alhasil Sashi terburu-buru bangun, takut kesiangan katanya.

"Sudah tidak ada yang ketinggalan?" tanya Jaxton seraya mengaitkan kancing jasnya. Pria itu menatap datar sang istri yang sedari subuh sibuk memeriksa penampilannya.

Mendengar Jaxton bertanya, Sashi menghentikan aksinya yang tengah menata rambutnya. Gadis yang mengenakan celana jeans putih dipadukan dengan atasan model sabrina tersenyum lebar.

"Memangnya mau berangkat sekarang, Om?" tanya Sashi santai.

Jaxton mengangguk lalu tanpa banyak kata bergegas keluar dari kamar diikuti Sashi yang berjalan di sampingnya. Saat keduanya menuruni undakan tangga terdengar helaan napas pria dengan raut wajah datar namun tampan.

Seakan sadar jika pria tinggi tegap itu tidak tenang, Sashi menoleh sekilas lalu berkata, "Om, kenapa? Nggak suka kalau aku ikut."

Jaxton menghela napas. "Saya bukannya tidak suka. Tapi saya merasa sedang berjalan dengan keponakan jika penampilan kamu seperti itu."

"Eh, kenapa nggak ngomong daritadi sih, Om." Sashi terlihat panik. Dia tidak mau dianggap gadis kecil oleh orang-orang di luar sana. Bahaya jika om suaminya dilirik wanita lain nantinya.

"Sudahlah. Tidak apa-apa. Saya merasa tidak berhak mengatur kamu, terlebih jika kamu nyaman dengan pakaian itu." Jaxton berkata bertepatan keduanya keluar dari pintu utama menuju ke arah mobil yang terparkir di halaman rumahnya.

Tentu saja hati Sashi meleleh mendengar perkataan suaminya. Apakah Jaxton termasuk tipe pria yang tidak suka memaksa? Ah, jika terus menerus begini bisa-bisa dia dahulu yang jatuh hati.

"Koper sudah di taruh dibagasi, Andrew?" tanya Jaxton kepada sang asisten.

Pria yang tak kalah menawan dari Jaxton mengangguk seraya sedikit membungkuk. "Semua persiapan sudah komplit, Tuan. Kita bisa berangkat sekarang."

"Baiklah," sahutnya. "Sashi ayo masuk!" Perintah Jaxton datar.

Setelah berbasa-basi sebentar dengan para asisten rumah tangganya, Sashi beranjak naik ke dalam mobil. Sesudah mereka menutup pintu dan memasang seatbealt. Mobil segera meluncur meninggalkan pelataran rumah.

Baik Sashi dan Jaxton duduk di belakang kemudi. Sementara Andrew bersama sang sopir berada di depan. Hari masih terlihat petang sebab, waktu menunjukkan pukul setengah enam.

Merasa tidak ada yang membuka pembicaraan. Sashi mencoba membuka suara agar keheningan segera sirna. Gadis itu bergerak pelan lalu duduk menyerong ke samping menghadap ke arah Jaxton yang sedang fokus mengetik sesuatu di MacBook.

Mendapati suaminya tengah sibuk. Sashi mendesah kasar lalu kembali ke posisi duduk semula. Dia menatap ke depan, lalu lalang kendaraan masih terlihat jarang. Namun, Disetiap pinggir jalan sudah banyak para pedagang kaki lima berdatangan dan bersiap menjual barang mereka.

Hingga tiba pukul enam kurang lima menit. Mobil yang ditumpangi Sashi dan Jaxton sudah memasuki wilayah bandara. Setelah mobil terparkir, mereka pun turun bersama-sama.

Sebagai asisten, Andrew bertugas untuk chek in. Sesudah semua urusan selesai. Mereka bertiga duduk di boarding room. Tidak perlu menunggu waktu lama pengumuman keberangkatan pesawat mereka terdengar di telinga.

Spontaneous Wedding [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang