Update terus biar cepat tamat 🤪
.
."Mama... S-sashi kalian ngapain?" Safira terkejut bukan main.
"Antar kami ke kamar Jerry!" Suruh Sonia cepat.
Meskipun bingung, tapi Safira tetap membuka pintu lebar-lebar. Dengan langkah pasti, Sonia menggandeng lengan Sashi menuju kamar cucunya itu.
"Sebenarnya apa yang mama rencanain?" Safira berkata menuntut sebelum membukakan pintu kamar putranya. Lagipula Jerry sedang istirahat setelah sarapan tadi pagi.
Sedikit gugup Sonia hendak menjawab, tapi ketika melihat istri Jaxton diam menunduk saja, dia malah ragu dan tak tega.
"Dan terus ini kenapa bawa Sashi segala? Mama kan tau sendiri kalau Jerry lagi ada problem sama Sashi."
"Iya mama tau. Tapi bukannya akan jauh lebih bagus jika mereka berdua dipertemukan. Dengan begitu Jerry dan Sashi bisa saling berbicara agar tidak ada lagi yang mengganjal," balas Sonia keras.
Mendengar itu tentu saja, Safira terhenyak. Ibu dua anak tersebut memijit pelipisnya. "Ini salah besar, Ma. Jerry itu lagi tahap menenangkan diri agar dia sadar kalau selama ini ada yang salah dengan dirinya. Kata psikiater, Jerry jangan dipertemukan dulu sama Sashi sebelum kondisinya stabil."
Merasa salah langkah, Sonia menarik napas panjang. Diliriknya Sashi yang sedari tadi menyimak diam.
"Lihat pasti mama paksa Sashi kan?" tanya Safira dengan decakan.
Sonia mengembuskan napas panjang. "Ya, maaf. Mama kira ini jalan yang terbaik."
Mendengar nada sendu sang mertua, sebenarnya Sashi tidak terlalu menyalahkan. Toh, niat Sonia sangatlah mulia. Tapi kembali lagi, kali ini memang bukan waktu tepat untuk berbicara pada Jerry. Yang ada takutnya malah pemuda itu jadi tak terkendali.
Tak lama, Safira terlihat berpikir. "Berhubung belum masuk dan Jerry nggak bangun. Sebaiknya mama bawa Sashi pulang aja."
"Berarti nggak jadi nih?" Lesu Sonia. Padahal dia sudah membayangkan melihat Sashi dan cucunya berdamai. Namun, dia bisa apa jika psikiater melarangnya.
Akhirnya tanpa ada duduk sebentar, kedua wanita berbeda usia langsung kembali ke mobil untuk pulang. Safira juga tidak henti-hentinya meminta maaf baik pada sang mama dan adik iparnya.
Sesudah berbasa-basi sebentar, mobil yang ditumpangi Sonia dan Sashi pun segera meninggalkan kediaman Safira.
Dalam hati, Safira bernapas lega. Untung saja Jerry tidak mengetahuinya. Lagian ada-ada saja mamanya.
***
Di mobil, Sonia bungkam dengan wajah muram. Dan Sashi tahu apa yang menjadi penyebabnya.
Dengan kata-kata menenangkan sambil mengelus lengan sang mertua, Sashi berkata, "Jangan sedih, Ma. Sashi janji, nanti kalau keadaan Jerry udah stabil bakal ketemu dan bicara baik-baik kok."
"Yakin? Kamu udah nggak sakit hati lagi?" Sonia berkata pelan tapi terselip nada keputusasaan.
Tanpa pikir panjang, gadis berambut sebahu berdehem. "Sampai saat ini aku berusaha ikhlas memaafkan, Ma."
"Memaafkan bukan berarti melupakan bukan?" Sonia menoleh menatap Sashi tepat saat mobil berhenti karena lampu merah.
Melupakan? Jelas saja hal itu sangatlah susah. Ditambah beberapa kali perkataan Jerry begitu membekas di hati. Kalaupun belum melupakan, Sashi tetap berusaha berpikir positif dan jangan sampai mendendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spontaneous Wedding [REPOST]
RomanceBalasan diputus secara sepihak adalah menikahi paman sang mantan pacar.