A fanfiction
.
Steinway_15
.
Na_Ren
.
Dont expect too much
.
.
⚠️Nama pemain sepenuhnya hanya meminjam guna keperluan Cerita. tidak bermaksud untuk mencoreng atau menyalahgunakan.⚠️
.
.
⚠️Tolong jangan ss atau mengabadikan cerita ini dalam bentuk apapun⚠️
.
.
Read it, enjoy, jan lup kasih bintang, comen juga, maaf typo >_<
.
.Suara cicit burung gereja di luar membangunkan Jeno dari tidurnya yang panjang, tidak panjang sebenarnya, pinggangnya sedikir pegal akibat pergulatan panjang dengan Jaemin semalam, ia ingat baru melepaskan Jaemin saat pukul 2 pagi, saat Jaemin sudah terbujur lemas dengan klimaksnya yang entah keberapa kali, Jeno pun lupa sudah klimaks berapa kali, melihat banyaknya kondom sisa di lantai, berarti tidak sekali dua kali.
Jaemin benar-benar luar biasa, Jeno mengakui itu, dari sekian banyak cewek yang dia tiduri, Cuma Jaemin yang bisa bertahan sampai selama itu, kemarin sore Jeno puas mengerjai lubang Jaemin dengan vibrator, tapi semalam Jaemin masih kuat menyeimbangkan gerakan.
Tak heran jika saat ini Jaemin masih terlelap di tidurnya, pipi dan hidungnya merah karna keseringan menangis, bekas cupang di tubuhnya semakin banyak dan merah, Jaemin terlihat sangat mengenaskan, tapi Jeno juga tak kalah mengenaskan.
Jeno bertumpu pada wastafel kamar mandi, ada beberapa bekas cakaran di kedua lenganya, begitu juga dengan punggungnya, rasanya perih saat bekas cakaran terkena air, besok-besok Jeno harus memastikan kalau kuku Jaemin tidak panjang, kalau begini, dia juga yang susah.
Wajahnya terlihat segar, ada sedikit luka pada bibir bawah, itu bekas gigitan Jaemin semalam, tapi selebihnya baik-baik saja.
Selepas mandi Jeno kembali masuk kamar, masih ada Jaemin di atas kasur, tapi sudah membuka mata, mungkin tubuhnya masih remuk, bagian selatanya pasti lebih-lebih sakit lagi.
Jeno terkekeh lalu berjalan menuju lemari membuka pintunya lebar mencari seragam pramuka untuk hari jum,at.
"boleh minta tolong ngga?" tanya Jaemin dari atas tempat tidur.
"apa?" tanya Jeno sembari menoleh, tanganya sibuk mengancingkan seragamnya.
Jaemin menelan ludahnya kasar "buatin surat sakit" pintanya pelan.
"buat sendiri nggak usah manja" kata Jeno yang sekarang sedang menatap pantulan wajahnya di cermin, mengoleskan krim pada wajah.
Jaemin menghela pelan "aku gerak aja sakit, sekali aja No, tolong"
Jeno menoleh setelah merapikan rambutnya, berjalan ke arah meja pasrah "iya-iya nih aku buatin bawel banget, nanti aku pulang-- kamar aku udah bersih, bersihin kondom-kondomnya," kata Jeno, kemudian sibuk menulis surat sakit Jaemin, "jangan lupa minum pilnya, jangan sampai hamil"
Jaemin menarik selimutnya hingga menutup seluruh tubuhnya yang masih polos "bawel" kata Jaemin.
Sentuhan terakhir di surat, tanda tangan palsu dan amplop, kebetulan sekali Jeno nyetok banyak amplop di rumah.
"nih mau baca dulu ngga" kata Jeno menawarkan.
Jaemin menggeleng "aku percaya sama kamu" jawabnya lemah.
"bekas di leher mu itu sedikit mengganggu ku" kata Jeno sembari merapikan tas ranselnya.
Perlahan Jaemin mengusap lehernya yang masih menunjukan ruam biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Steinway ||Nomin|| END✅
Teen FictionMature konten⚠️⚠️🔞 Bxb⚠️⚠️ Kekerasan & pelecehan⚠️⚠️ -- Jaemin maupun Jeno salah satu anggota elit sekolah, kegiatan makrab mempertemukan mereka di kamar no 666 angka sial yang ternyata benar-benar membawa kesialan.. Kesialan itu membuat Jeno maup...