SW_34

2.9K 311 48
                                    

A fanfiction

.

Steinway_34

.

Na_Ren

.

Dont expect too much
.
.
⚠️Nama pemain sepenuhnya hanya meminjam guna keperluan Cerita. tidak bermaksud untuk mencoreng atau menyalahgunakan.⚠️
.
.
⚠️Tolong jangan ss atau mengabadikan cerita ini dalam bentuk apapun⚠️
.
.
Read it, enjoy, jan lup kasih bintang, comen juga, maaf typo >_<
.
.

Jaemin menerjab-nerjabkan mata indahnya yang dihiasi bulu mata lentik, posisinya berdiri dengan kedua tangan diikat ke atas, kepalanya lunglai dengan pandangan hanya bisa ia arahkan ke bawah, sebelah matanya terasa berat, hanya mata kiri yang bisa ia buka sempurna, pipinya seperti membengkak, perutnya bergejolak, jika kedua tangannya tidak ditarik keatas dengan kencang mungkin Jaemin tidak bisa berdiri lagi, kakinya terasa lemas.

Dia haus benar-benar haus, tapi seperti tidak ada orang di tempat ini, sunyi tapi Jaemin bisa mendengar suara burung dari luar, dari munculnya cahaya sepertinya bangunan ini menghadap timur, karna terpaan angin lumayan kencang dan suara lalu lalang kendaraan yang tidak terlalu jelas, Jaemin memprediksi jika ia berada di lantai 4 atau 5.

Sungguh ini sangat menyakitkan.

Telinganya mulai berdengung, kepalanya terasa berputar-putar, dan perlahan Jaemin merasa mual, tapi sayup-sayup ia bisa mendengar suara langkah kaki mendekat, menghalangi cahaya matahari yang masuk ke ruangan.

"bos udah bangun!" seru cowok itu.

Tak lama langkah kaki kembali terdengar, tidak hanya satu, tapi beberapa orang muncul dari ambang pintu, mungkin 4 orang.

"sudah bangun?"

Jaemin menengadah sedikit, Hendry melangkah maju, berdiri di depan Jaemin santai, dua orang tetap di tempat sementara cowok satu duduk di sofa ala gangster.

PLAKK

Wajah Jaemin terhempas mengikuti arah tamparan.

"aku ng-ngak lakuin itu" gumam Jaemin tak berdaya.

BUGH

Kali ini tendangan Hendy arahkan pada perut Jaemin membuat cairan merah kembali keluar dari mulutnya.

"aku benar-benar marah" kata Hendry.

Cowok yang duduk di sofa tersenyum miring sembari menyesap rokoknya "nggak ada gunanya kamu lakuin itu, lebih baik kamu lakukan hal yang lebih sepadan"

"maksudnya" tanya Hendry tidak mengerti apa yang baru saja dikatakan temannya itu.

Helaan nafas terlihat pekat "dia mau perkosa Karla, kenapa kamu nggak perkosa dia aja, bukannya itu jauh lebih sebanding"

"NGGAK!" seru Jaemin.

Hendry kontan menoleh, bersmirk aneh, tanganya terulur menangkup pipi Jaemin.

"Jangan-jangan, apapun tapi jangan itu" Jaemin mengedikan kepalanya kekanan kekiri menjadi tanda bahwa ia menolak itu. "lalukan apapun tapi jangan itu, kumohon, kumohon" seluruh tubuh Jaemin benar-benar berubah menjadi jelly, seperti tulang ditubuhnya terlepas.

Hendry mencondongkan wajahnya pada telinga Jaemin "hati siapa yang kamu jaga hm?"

"lakukan apapun tapi jangan itu, ku mohon!"

-

Kekesalan Jeno sedikit berkurang saat bel istirahat berbunyi, dia sudah berdiri di antara kerumunan siswa lain untuk menyaksikan pertunjukan piano yang anak music selenggarakan, hanya sebentar katanya untuk pemanasan sebelum pentas ulangtahun sekolah.

Steinway ||Nomin|| END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang