END_2

2K 124 12
                                    

A fanfiction

.

Steinway

.

Na_Ren

.

Dont expect too much
.
.
⚠️Nama pemain sepenuhnya hanya meminjam guna keperluan Cerita. tidak bermaksud untuk mencoreng atau menyalahgunakan.⚠️
.
.
⚠️Tolong jangan ss atau mengabadikan cerita ini dalam bentuk apapun⚠️
.
.
Read it, enjoy, jan lup kasih bintang, comen juga, maaf typo >_<
.
.

Ragu, galau, bimbang semua itu bercampur menjadi satu didalam benak Jeno. Nyatanya ia tidak benar-benar ingin meninggalkan Indonesia, nyatanya ia tidak benar-benar ingin melepaskan Jaemin meskipun skenario terburuk sudah nyata di depan mata.

Kris asisten di Malay sudah memborbardir dengan pesan-pesan menyebalkan, protes dengan ketidak jelasan karna sang eksekutif, mangkir dari beberapa rapat penting, membuat kris harus merombak ulang jadwal Jeno untuk beberapa minggu kedepan.

Tapi persetan dengan ocehan Kris, ia tidak perduli, Jeno dalam tahap mencoba menerima skenario dari tuhan tentang cerita hidupnya. Nyatanya mentalnya tak sekuat itu menerima skenario buruk itu.

Melarikan diri dari Jaemin yang ingin menemuinya rupanya itu membuat Jeno menyesal. Nyatanya Jeno ingin sekali bertemu sosoknya, ingin ia dekap erat, ingin Jeno dengar apapun yang sudah Jaemin lalui selama ini tanpanya, ingin Jeno genggam tangannya, ingin Jeno bawa terbang menembus langit ke tuju.

Seluruh pertanyaan terputar di kepala begitu cepat, lantas dimana Jaehyun orang yang katanya begitu mencintai Jaemin, bagaimana ia bisa merelakan Jaemin bersama wanita lain, bagaimana bisa Jaehyun begitu mudah melepaskan Jaemin begitu saja.

Pertannyaan itu membawa Jeno menuju area rumah Jaemin. Jeno masih hafal betul jalan menuju rumah Jaemin, ia masih ingat harus berbelok dimana dan ia pun masih ingat dimana letak polisi tidur yang dipasang untuk mengurangi kecepatan para pengendara motor.

Tidak banyak yang berubah tapi Jeno tak mengelak jika lahan yang dulunya kosong kini sudah dibangun beberapa rumah, jalanan kini begitu halus dengan aspal yang masih hitam pekat.

Belok ke kanan, melewati pos kampling, maju sedikit dan di depannya kini berdiri rumah asri milik Jaemin, pohon mangga masih subur seperti sebelumnya, tumbuhan rambat yang menjalar mengelilingi pagar semakin menambah kesan indah, rumah Jaemin benar-benar mirip rumah ala-ala studio gibli.

Jeno memarkirkan mobilnya tak jauh dari rumah itu, pandangannya lurus menatap rumah yang sekarang sudah berubah warna cat luar, rasanya seperti mimpi jika dulu semasa SMA ia pernah menjadi pasangan Jaemin, ia pernah tinggal berdua di apartemen, ia pernah menghabiskan banyak waktu bersama Jaemin

meskipun hanya kenangan buruk yang ia torehkan pada si cantik.

Rasanya begitu menyesal, begitu menyesakan sampai rasanya dadanya begitu sesak, ini adalah penyesalan yang tidak ingin Jeno lakukan lagi, ia benar-benar menyesal, jika saja ia tau akan sesakit ini mungkin Jeno sudah menjaga Jaemin sebaik mungkin, ia akan meratukan Jaemin di istana mereka.

Jeno menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, menatap begitu lekat rumah itu sampai rasa sesak di dada membuatnya kehilangan kendali, dadanya membuncah dengan rasa penyesalan, tangannya memukul stir kemudi beberapa kali berharap ketenangan akan ia dapatkan tapi sialnya itu hanya membuat tangannya terasa sakit.

Cowok ini lebih tenang setelah menghela nafas panjang, ia menjatuhkan wajahnya pada stir kemudi, ia yakin wajahnya tampak merah, kacau dan rambutnya berantakan.

Steinway ||Nomin|| END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang