SW_36

3.1K 295 29
                                    

A fanfiction

.

Steinway_36

.

Na_Ren

.

Dont expect too much
.
.
⚠️Nama pemain sepenuhnya hanya meminjam guna keperluan Cerita. tidak bermaksud untuk mencoreng atau menyalahgunakan.⚠️
.
.
⚠️Tolong jangan ss atau mengabadikan cerita ini dalam bentuk apapun⚠️
.
.
Read it, enjoy, jan lup kasih bintang, comen juga, maaf typo >_<
.
.



Mobil permintaan Jeno tiba di depan gedung bekas itu 15 menit setelah Jeno tiba, tiga orang itu turun dari mobil buru-buru, hanya ada motor Jeno disana, meskipun begitu ketiganya tetap awas, bangunan terbengkalai memang cocok digunakan sebagai markas, sayangnya keamanannya juga sangat rendah, balok-balok tergeletak begitu saja, adukan semen yang sudah mengering membuat debu dan paku yang bercecer sangat membahayakan.

"Cuma ada motor Jeno" Johnny mengamati sekeliling, sangat sunyi hanya ada suara angin yang menabrak celah-celah dinding yang tak sempurna.

"gimana kalau berpencar aja?" saran Yuta.

Tao mengangguk "bisa jadi penculiknya Jaemin masih di sekitar sini, jadi hati-hati"

Keduanya menggangguk, sesuai rencana ketiganya langsung berpencar mencari keberadaan Jaemin dan Jeno, tangga demi tangga mereka naiki secepat kilat, kemungkinan terburuk belum tentu kepastianya, tapi anehnya Tao merasa ada sesuatu yang akan terjadi nantinya, perasaannya tak tenang, ini sangat aneh di rasakan, dan mungkin tidak pernah Tao rasakan selama ia hidup.

Sejujurnya Tao belum pernah bertemu sosok Jaemin sebelumnya, berbeda dengan Yuta dan Johnny yang bahkan pernah mencicipi tubuh Jaemin, Jeno bilang Jaemin itu pasangannya, seperti lelucon ketika Jeno akhirnya mengakui sesuatu jika itu adalah miliknya.

Tao tidak kaget dengan tingkah Jeno yang sering membagi sesuatu pada temannya demi sesuatu yang dia inginkan, tapi di lain sisi, Tao paham bagaimana perasaan Jeno sekarang.

Mungkin tanpa cowok itu sadari, Jeno sudah tertarik pada Jaemin, Jaemin dalam bentuk si pemain piano.

Tao yakin jika parasnya cantik, mama Jeno juga tidak akan mungkin membiarkan Jeno berpasangan dengan orang yang tidak jelas, Jaemin itu beruntung tapi juga rugi scara bersamaan.

Tepat di lantai ke 5, Tao menepi, nafasnya memburu, perut bagian bawahnya terasa sakit, keringat terlihat membasahi wajah, ia menunduk guna menstabilkan nafas. Setelah dirasa nyaman, cowok itu meluruskan tubuh.

Niatnya menuju lantai berikutnya resmi ia urungkan ketika suara dentuman muncul dari lantai yang masih ia pijak, mungkinkah masih ada orang, terkanya.

Pelan namun pasti, Tao berjalan menyusuri lantai 5 itu, ada banyak petak di sepanjang pandangannya, sepertinya bangunan ini dirancang untuk membuat apartemen tapi entah karna alasan apa, bangunan hanya berdiri kerangkanya saja, petak-petak itu nyaris semuanya kosong, namun, matanya sedikit membulat melihat kekacauan di salah satu petak, bulu kuduknya mulai berdiri saat kakinya tak sengaja menginjak kondom bekas di lantai.

Dibanding ruangan lain yang kosong, ruangan ini lebih lengkap dengan sofa dan matras di lantai, belum lagi bekas cemilan di atas meja, ruanga ini baru di gunakan.

Tao menoleh cepat ketika suara tadi kembali terdengar jelas, melihat semua ini kira-kira apa yang Jeno pikirkan sekarang, bagaimana perasaannya, bagaimana keadaan Jaemin.

Steinway ||Nomin|| END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang