SW_24

3.9K 345 53
                                    

A fanfiction

.

Steinway_23

.

Na_Ren

.

Dont expect too much
.
.
⚠️Nama pemain sepenuhnya hanya meminjam guna keperluan Cerita. tidak bermaksud untuk mencoreng atau menyalahgunakan.⚠️
.
.
⚠️Tolong jangan ss atau mengabadikan cerita ini dalam bentuk apapun⚠️
.
.
Read it, enjoy, jan lup kasih bintang, comen juga, maaf typo >_<
.
.

Seperti pagi hari pada umumnya, Jaemin akan berangkat sekolah dengan jalan kaki sampai ujung jalan, kemudian naik bus sampai depan sekolah, cowok itu selalu berangkat sendiri, Jeno tidak pernah mau membagi kursi samping kemudi untuknya, yah lagian siapa juga yang mau menaiki mobil hasil menjual dirinya.

Tapi kali ini ada yang berbeda, si cantik menoleh ke belakang sekali lagi, dan di jarak yang tak terlalu jauh, ia bisa melihat cowok satunya melangkah ogah-ogahan di belakangnya.

Jaemin tersenyum tipis "buruan bisa telat kita" pekik Jaemin, lalu kembali berbalik, diam-diam ia tersenyum tipis, dadanya bergemuruh pelan, mungkin ini yang disebut senang.

Jeno mengerucutkan bibirnya sebelum mengambil ancang-ancang, cowok itu berlari kemudian menabrak Jaemin sengaja sebelum merangkul pundaknya. "capek bodoh"

Di jarak yang begitu dekat itu, Jaemin memalingkan wajah sembari menahan senyumnya, tangan Jeno yang masih dipundak mencengkram begitu kuat, membuat kupu-kupu diperutnya mulai mengadakan konser.

Sepertinya tingkah Jaemin yang tersipu akan tindakanya itu tak Jeno sadari, cowok bermata sipit itu asik menatap jalanan, tidak ada sedikit pun perhatianya untuk Jaemin. sejatinya tidak ada alasan yang jelas kenapa cowok ini memutuskan untuk berangkat naik bus bersama Jaemin, ia juga tidak punya alasan kenapa harus memakan sarapan buatan Jaemin tadi.

Jeno membulatkan sedikit matanya, tangan kirinya menunjuk lurus kotak halte di depanya riang "itu haltenya kan?" tunjuknya, mirip anak-anak yang sedang menunjukan sesuatu yang hebat pada mama.

Jaemin mengangguk kecil diselingi senyum tipis.

Perlahan Jeno menurunkan tanganya dari pundak Jaemin kemudian berpindah pada tangan kirinya, menggenggam erat tangan Jaemin sembari membawanya lari "busnya udah dateng" pekiknya semangat.

Sampai akhirnya, Jaemin tak sanggup lagi menahan senyumnya, bibirnya yang berwarna pink itu merekah lebar, ia mengikuti langkah lebar Jeno menuju halte, dadanya berdegub tak karuan, sampai rasanya Jaemin ingin berteriak kegirangan, punggung di depanya begitu luas dan lebar, sampai di titik ia merasa Jeno bisa ia gapai.

Hal mengagetkan lainya terjadi, Jeno dengan suka rela membayar transport milik Jaemin, ia bahkan mengulurkan tanganya untuk membantu Jaemin menaiki bus.

Suasana di dalam bus trans lumayan padat, Jaemin dan Jeno tidak kebagian tempat duduk, terpaksa keduanya berdiri sejajar, bus kotak itu melaju dengan kecepatan sedang, suasana jalanan cukup ramai mengingat jam 7 sisa beberapa menit lagi.

Sekolah mereka masuk pukul 7 pagi, alasanya karna mata pelajaran yang ditawarkan begitu banyak dan menggunung, ada beberapa sekolah juga yang masuk jam 8 atau jam setengah 8.

Bus bergerak sedikit kencang menciptakan goncangan-goncangan, membuat isi di dalamnya ikut bergoncang, Jeno refleks menahan pinggang Jaemin lalu menariknya supaya lebih dekat denganya, kini tangan satunya ia letakan pada tiang, membuat tubuh Jaemin ada di dalam kedua tanganya.

Steinway ||Nomin|| END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang