SW_18

5.4K 443 62
                                    

A fanfiction

.

Steinway_18

.

Na_Ren

.

Dont expect too much
.
.
⚠️Nama pemain sepenuhnya hanya meminjam guna keperluan Cerita. tidak bermaksud untuk mencoreng atau menyalahgunakan.⚠️
.
.
⚠️Tolong jangan ss atau mengabadikan cerita ini dalam bentuk apapun⚠️
.
.
Read it, enjoy, jan lup kasih bintang, comen juga, maaf typo >_<
.
.
Kalian yang nyerah baca cerita ini belum baca Nightshade ya.. hiyahiyahiya.
.
.

Rapat-rapat dan rapat, beruntungnya tidak terlalu lama, hanya membahas konsep untuk pameran yang akan dilakukan ketika ulang tahun sekolah nanti, di depan ada Jeno, Daniel, dan Valen yang sedang memaparkan ide masing-masing Guna kegiatan pameran nanti, ketiganya menghipnotis penghuni ruangan untuk tetap focus pada mereka.

Termasuk Jaemin yang hanya memfokuskan diri pada Jeno, sudah tiga hari sejak kejadian itu, sejak hari itu, Jeno dan Jaemin tidak pernah bertegur sapa, nyaris tidak pernah berpapasan ketika di apart, Jaemin lebih banyak menghabiskan waktu di kamar dan Jeno yang jarang pulang, sebenarnya itu sedikit mengganggu Jaemin, tapi disisi lain dia juga punya harga diri.

Jaemin sadar bahwa dia aneh, jika orang lain yang ada di posisi Jaemin, mungkin akan memilih untuk menyerah apalagi setelah di sakiti dengan cara seperti itu, tapi untuk Jaemin sendiri, dia tidak ingin menyerah begitu saja, rasanya memang menyakitkan, rasanya sampai mau mati, bahkan Jaemin pernah berinisiatif untuk bunuh diri, tapi hati berkaata untuk bertahan sedikit lebih lama lagi.

Jeno ibarat kelemahanya, Jaemin tidak bisa marah, kalau pun marah hanya saat itu saja, kemudian luluh kembali, luluhnya hati Jaemin pun karna hal tak penting, Yup karna Jaemin mencintai Jeno, melihat senyum Jeno pun sudah berhasil meluluhkan hatinya.

Entah pelet macam apa yang Jeno pakai untuk memikatnya.

Jaemin pernah dengar 'jangan menyakiti dirimu dengan mencintai orang yang tidak mencintaimu, kamu mencintainya tapi dia menganggapmu bukan siapa-siapa, kamu masih tetap mengharapkan dia yang ternyata mengharapkan yang lain'

Lantas apakah Jaemin tidak boleh melakukan itu? Bukan sekedar cintanya yang harus diperjuangkan namun juga pernikahannya.

"mau pulang bareng?" tanya Jaehyun pada Jaemin yang masih mematung di tempatnya, cowok manis itu bahkan tidak sadar jika acara rapat sudah selesai.

Sejenak Jaemin menatap sekeliling kemudian beralih pada pintu yang kosong, Jeno sudah tidak ada di ruangan, bahkan ruangan hanya menyisakan Jaehyun dan Jaemin saja.

Perlahan Jaemin menoleh lagi pada Jaehyun "hmm" jawabnya pelan disertai anggukan kepala..

Entah kenapa rasanya luar biasa lega, diam-diam Jaehyun mencuri pandang pada cowok manis di sebelahnya, rasanya lega dan senang. Jaemin selalu punya caranya sendiri membuat hati Jaehyun berdebar-debar tak karuan, tanpa Jaemin sadari dia berhasil membuat dada Jaehyun melebar seluas-luasnya.

Sore itu, di jalanan kota yang sedikit ramai, Jaemin duduk di jok belakang motor Jaehyun, merasakan terpaan angin sore membelai wajahnya, senyum tipis Jaehyun belum meredup sama sekali, seolah-olah sedang menunjukan pada dunia jika saat ini, dia sedang bahagia, dunia harus tau jika di boncenganya ada Jaemin.

Orang yang ia suka.

Sayangnya, tidak ada nama Jaehyun yang ada dibenak Jaemin saat ini, nama Jaehyun tidak pernah melintas satu kali pun di pikiran Jaemin, karna nama Jeno lebih dulu menguasai, nama Jeno sudah menguasai sejak 3 tahun yang lalu.

Steinway ||Nomin|| END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang