SW_37

2.7K 250 23
                                    

A fanfiction

.

Steinway_37

.

Na_Ren

.

Dont expect too much
.
.
⚠️Nama pemain sepenuhnya hanya meminjam guna keperluan Cerita. tidak bermaksud untuk mencoreng atau menyalahgunakan.⚠️
.
.
⚠️Tolong jangan ss atau mengabadikan cerita ini dalam bentuk apapun⚠️
.
.
Read it, enjoy, jan lup kasih bintang, comen juga, maaf typo >_<
.
.

Jaemin memandang area luar dari bingkai jendela sendu, meskipun langit berwarna biru terang, udara di luar pasti lumayan panas, jemuran pasti langsung kering, berjalan sebentar di luar pasti langsung menghitam, anak-anak di kelas pasti sibuk mengeluh karna cuaca yang sangat panas ini. Jaemin Ingin kembali ke sekolah dan bertemu semua orang, bertemu dengan Jeno meskipun belum siap 100%.

Jaemin memijat jemari tangannya, terasa sangat kosong, tanpa sadar ada jejak melingkar pada jari manisnya, itu jejak yang ditinggalkan cincin kawin, mungkin Jeno enggan datang berkunjung karna Jaemin meminta pisah darinya.

Apa yang terjadi hari itu memang menyakitkan, tapi Jaemin bisa bernafas lega karna bertemu Jeno, ia bisa mengatakan semua keluh kesahnya, ia bahkan punya tenaga untuk melepas cincin kawin. Sayangnya Jaemin tidak tau kelanjutannya bagaimana, apa yang Jeno lakukan, apa yang terjadi dengan orang-orang yang sudah mencelakainya.

Jaemin ingin tau bagian itu, sayangnya tidak ada yang bisa menceritakan selain Jeno itu sendiri.

Dan di lantai dasar, bagian cafeteria, Rose dan Yoona duduk berhadapan, dua wanita yang sekarang saling menguatkan satu sama lain, berharap kesembuhan untuk kedua anak masing-masing.

"bagaimana kondisi Jaemin?" Yoona menyesap kopinya.

Rose mengencangkan genggamannya pada gagang mug isi kopi "minggu depan sepertinya sudah boleh pulang, semalam aku pergi ke ruangan Jeno, aku dengar kondisinya juga mulai membaik"

Wanita berambut coklat madu itu mengangguk kecil "aku juga berharap kondisinya kian membaik"

"nanti sore Jaemin ada jadwal terapi, kondisi mentalnya aku tidak yakin"

"pertemukan lah aku dengannya Rose, bagaimana pun juga dia masih menantu ku" mohon Yoona.

Rose menoleh sekilas lalu menunduk lagi "aku tidak keberatan jika dia bertemu dengan mu, tapi bagaimana cara mu menjelaskan tentang kondisi Jeno pada Jaemin, sungguh aku ingin keduanya baik-baik saja, tapi aku takut jika Jaemin belum siap mendengar fakta jika Jeno tidak baik-baik saja" Rose menundukan pandangannya dalam. "aku ingin Jaemin sembuh, ini pasti berat untuknya"

Yoona ikut menunduk "aku mengerti bagaimana perasaan mu, awal pertemuan kita sampai kita menjadi keluarga, itu karna kebodohan Jeno" Yoona menghela nafas tipis "semua salah Jeno, dan serentetan kejadian yang menimpa Jaemin kemarin, aku yakin karna anak itu juga, maafkan Jeno. Rose"

Rose terdiam.

"seharusnya aku tidak egois, harusnya aku mengikuti apa yang kamu katakan waktu itu, sekarang aku bertanya-tanya, bagaimana Jaemin menjalani hidup dengan orang yang telah memperkosanya, bagaimana cara dia menutupi rasa takut bertemu Jeno, dan apakah selama ini dia bahagia?" Yoona menatap Rose yang masih menunduk dalam. "sungguh aku tidak tau jika semua ini akan terjadi Rose"

Rose mengangkat wajahnya pelan "untuk kedepannya, mari kita serahkan pada pilihan Jaemin maupun Jeno, kali ini biar mereka yang memilih dan menentukan tanpa campur tangan kita berdua, biar mereka memutuskan sendiri, jadi mereka sendiri juga yang akan tau bagaimana perasaannya, kadang kita sebagai orang tua hanya perlu menonton saja"

Steinway ||Nomin|| END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang