SW_40🌸

3.7K 267 36
                                    

A fanfiction

.

Steinway_40

.

Na_Ren

.

Dont expect too much
.
.
⚠️Nama pemain sepenuhnya hanya meminjam guna keperluan Cerita. tidak bermaksud untuk mencoreng atau menyalahgunakan.⚠️
.
.
⚠️Tolong jangan ss atau mengabadikan cerita ini dalam bentuk apapun⚠️
.
.
Read it, enjoy, jan lup kasih bintang, comen juga, maaf typo >_<
.
.

Kepulangan Jeno disambut meriah diapartemen yang nyaris 3 bulan kosong tak berpenghuni, sebenarnya sesekali Jaemin masih datang hanya untuk merapikan dan mengambil beberapa barang miliknya, kadang nongkrong sebentar, duduk di balkon menikmati kilau senja ditemani secangkir kopi.

Saat-saat itu, biasanya Jaemin akan menangis, menangis karna Jeno yang tak kunjung sadarkan diri, tentang segala macam pikiran kacau dikepala, semuanya Jaemin luapkan dengan menangis, ia tidak bisa mengekspresikan yang ada pada dirinya selain dengan menangis.

Aroma apartemen yang tidak pernah Jeno hirup ini rasanya penuh kenangan masa lalu, masa lalu menyakitkan bagi Jaemin karna perbuatannya.

Dan melihat Jaemin masih berdiri di sebelahnya, memeluk lengannya untuk membantunya berjalan, sungguh ini adalah nikmat yang sering Jeno dustakan.

"duduk dulu, biar mama siapin minum. Tao bantuin masak mama di dapur tuh" Rose membantu Jeno duduk bersama Jaemin.

Yang disebut namanya muncul dari pentri dapur melambai kecil, Jaemin baru tau kalau Tao bisa masak. "masakan aku enak kok tenang aja" ucap Tao dari tempatnya.

Jaemin hanya mengacungkan kedua jempolnya, mama sudah kebelakang membuat teh untuk para tamu yang datang. Mama Yoona dan papa mertua juga sibuk mengobrol di ruang tamu, ada beberapa teman yang datang untuk menjengkuk.

Apartemen yang biasanya tidak pernah melebihi 5 orang, kini benar-benar melebihi ekspektasi, suara ramai akan perbinggangan dari ruang tamu, ruang tengah, arah dapur, semua ini terasa begitu sempurna.

Yuta dan Johnny duduk di depan Jaemin maupun Jeno, sejujurnya ini adalah posisi duduk paling nggak nyaman yang pernah Yuta rasakan, melihat tangan Jeno yang masih menggenggam tangan Jaemin itu membuat dada Johnny sesak.

Yang sudah terjadi itu tidak murni kesalahan Yuta maupun Johnny, ada pemicu yaitu Jeno itu sendiri, mereka memang salah tapi kembali lagi pada Jeno, jika dia tidak membuat persetujuan dengan Yuta dan Johnny hal gila itu pun tidak akan terjadi.

"diminum dulu, sambil ngobrol" Rose meletakan beberapa gelas berisi air ke atas meja "sambil ngobrol, dicicipin juga jajan dari Arabnya"

Yuta mengangguk "iya tante, nanti juga abis di cemilin sama Johnny"

Johnny menggeplak belakang kepala temannya itu "iya tante makasih"

Jaemin membasahi bibirnya "diminum keburu dingin"

Mendengar suara Jaemin itu, Jeno menoleh kearah pasangannya, Jaemin begitu cantik dimatanya. Dan disepanjang malam itu perhatian Jeno hanya tertuju pada Jaemin, ia tidak pernah mengalihkan pandangannya barang sedikit pun, mungkin karna ia begitu merindukan Jaemin.

"mama papa pulang, kalian langsung istirahat" kata mama Yoona sembari menepuk pundak anak dan menantunya itu.

Jeno mengangguk "hati-hati ma"

Steinway ||Nomin|| END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang