A fanfiction
.
Steinway_end_1
.
Na_Ren
.
Dont expect too much
.
.
⚠️Nama pemain sepenuhnya hanya meminjam guna keperluan Cerita. tidak bermaksud untuk mencoreng atau menyalahgunakan.⚠️
.
.
⚠️Tolong jangan ss atau mengabadikan cerita ini dalam bentuk apapun⚠️
.
.
Read it, enjoy, jan lup kasih bintang, comen juga, maaf typo >_<
.
.Reunian alumni yang selalu dilaksanakan 6 tahun sekali sebentar lagi akan digelar, tidak sampai seminggu lagi namun pemuda ini tampak bimbang. Sudah 2 jam ia hanya duduk di balik meja kerja yang dihiasi beberapa tumpukan kertas, komputer dan papan pengenal bertulis Jeno Lee eksekutif manager. Ia terlihat bimbang menatap surat undangan online dari ponsel.
Kepalanya ia sandarkan pada meja begitu juga dengan ponselnya, setelah lulus SMA Jeno mendaftar beasiswa dan kebetulan sekali diterima di salah satu universitas bergengsi di Australia, setelah lulus tepat 2 tahun yang lalu ia mulai bekerja di perusahaan paman yang terletak di Jiran Malaysia. 6 tahun lamanya ia tidak kembali ke tanah air.
Dan setelah 6 tahun lamanya apakah ia harus kembali sekedar untuk menghadiri reunian kemudian kembali lagi, menjalani hari-hari seperti biasa, hari-hari yang cukup membosankan atau tidak datang sama sekali.
Suara ketukan pintu membuat atensi Jeno teralihkan, pemuda lebih muda sedikit muncul, berjalan menuju Jeno membuat cowok itu akhirnya meluruskan tubuhnya.
"awak ni kenape, muram je dari tadi?" tanya Kris dengan aksen melayunya.
Jeno menyerahkan ponselnya pada bawahannya ini "aku bingung harus datang atau tidak"
Kris tertawa pelan "better come, dah lama awak tak balik Indonesia, yang penting kerja itu harus dikerjakan"
Jeno menggaruk tengkuknya sembari menatap tumpukan berkas yang perlu mendapat tanda tangannya "baik tunggu sekejab" jawab Jeno mengikuti aksen milik Kris.
Kris duduk di sofa yang memang tersedia di ruangan Jeno "Adakah awak tidak merindui lelaki kacak masa lalu? lelaki yang buat awak menangis masa saya bagi awak teh melati, awak cakap teh saya serupa dengan dia, awak patut datang jumpa dia, jangan menyesal"
Mendengar itu Jeno menghentikan kegiatannya sebentar, bahkan sampai sekarang pun Jeno masih sering kaget jika Kris datang membawa teh melati, ia kadang dibuat membeku ketika mendengar suara denting piano, mungkinkah karna Jeno merindukan masa lalu.
"kosongkan jadwal untuk minggu depan, aku akan pulang" putus Jeno kemudian melanjutkan sesi tanda tangannya.
Pemuda satunya berdiri dari sofa sembari merapikan jas berwarna maroonnya "tapi saya harap, awak kembali ke sini"
Lembar terakhir akhirnya selesai bersamaan dengan suara Kris yang terdengar di telinga "kamu pikir aku tidak akan kembali?"
"tiada jaminan awak akan kembali kerana awak tidak boleh melupakan masa lalu, jika awak tidak dapat melupakannya dan sangat ingin bersamanya, bawa dia ke sini." Kris mengepak lembar kertas di atas meja Jeno kemudian membawanya. "saya pergi"
Jeno hanya mengangguk kemudian menatap layar ponselnya lagi, sepertinya ia harus menghubungi teman masa lalu, tapi Jeno belum berani melakukan itu, meskipun ia sudah memutuskan untuk pergi namun ia masih punya 1 minggu untuk berpikir lagi, bisa jadi ia berubah pikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Steinway ||Nomin|| END✅
Teen FictionMature konten⚠️⚠️🔞 Bxb⚠️⚠️ Kekerasan & pelecehan⚠️⚠️ -- Jaemin maupun Jeno salah satu anggota elit sekolah, kegiatan makrab mempertemukan mereka di kamar no 666 angka sial yang ternyata benar-benar membawa kesialan.. Kesialan itu membuat Jeno maup...