Sw_29

3.2K 303 41
                                    

A fanfiction

.

Steinway_29

.

Na_Ren

.

Dont expect too much
.
.
⚠️Nama pemain sepenuhnya hanya meminjam guna keperluan Cerita. tidak bermaksud untuk mencoreng atau menyalahgunakan.⚠️
.
.
⚠️Tolong jangan ss atau mengabadikan cerita ini dalam bentuk apapun⚠️
.
.
Read it, enjoy, jan lup kasih bintang, comen juga, maaf typo >_<
.
.

Suara perkakas dari arah luar membangunkan Jaemin yang sebelumnya asik meraih mimpi di atas kasur, mata yang dihiasi bulu mata lentik itu perlahan terbuka, menampilkan iris coklat cerah, si manis mengeram sebentar sebelum menyadari dimana dia saat ini, selalu berakhir di kamar Jeno, sepertinya Jaemin akan kesulitan berangkat sekolah pagi ini, bagian belakangnya terasa kebas dan kram.

Jaemin tidak habis fikir kenapa Jeno bisa melakukan hal intim sampai segitunya, ia saja kualahan bagaimana dengan cewek-cewek yang sering Jeno tiduri, tapi tunggu dulu, bagaimana Karla bisa tahan dengan Jeno, si kantung hormone itu paling hoby memaksa dan Jaemin selalu menjadi korban paksaan.

Mau dilihat dari mana saja si Jeno memang brengsek, dan sekarang cowok itu sudah tidak ada di kasur, otomatis sudah bangun, semoga saja tidak mengacau.

Dan sang empu terlihat berdiri dibalik pentri dapur, dua roti tergeletak di atas dua piring, sekarang dia sedang menggoreng telur mata sapi untuk keduanya, Jeno pernah melihat resep ini dari kelas sebelah yang kebetulan sedang praktik memasak, sederhana tapi rasanya enak, Jeno jamin itu.

Suara derit pintu sedikit mengalihkan perhatian Jeno, cowok lainya keluar dari kamar Jeno hanya mengenakan kemeja milik Jeno yang tergeletak di samping tempat tidur, membuat kemeja milik Jeno itu terlihat kebesaran dibadan Jaemin. bagian pahanya sedikit tertutup celana pendek.

"pagi" sapanya

Jaemin berdecih "nggak butuh sapaan dari mu"

Jeno malah tertawa, pertama karna ia menertawakan jawaban Jaemin, yang kedua karna dia menertawakan cara Jaemin berjalan, itu lucu. "sarapan"

Dengan tertatih Jaemin berjalan menuju tempat Jeno, duduk di pentri di depan salah satu piring yang sudah berisi telur, tak lama Jeno meletakan telur mata sapi buatanya ketas piring keduanya, mendekatkan mayones dan saos juga.

"tuang sendiri apa aku tuangin nih" tanya Jeno sembari membawa botol mayones.

"tuangin" jawab Jaemin.

Dengan senang hati Jeno melakukan itu, ia menuang mayones dan saus dengan posisi menyilang, terlihat rapi. Setelahnya cowok itu duduk di sebelah Jaemin.

"selamat makan" kata Jeno membuat si manis menoleh.

"kamu kenapa?" tanya Jaemin refleks.

Dahi Jeno malah berkerut tipis "kenapa emangnya?"

"kamu kayaknya lagi seneng" Jaemin asal nebak.

Jeno malah memasakan smirik di wajahnya "aku mah seneng terus, hidup itu harus bahagia"

Jaemin memasukan potongan telur kedalam mulutnya, lalu perhatiannya kembali focus pada cowok di sebelahnya "apa ada aku yang menjadi salah satu dari alasan mu sebahagia itu?"

"kamu nomor 1001" jawab Jeno setelahnya ia memasukan seluruh roti kedalam mulut "inget kamu nomor 1001" cowok itu lantas bangkit dari kursinya.

Sementara Jaemin perlahan menangkup wajahnya dengan telapak tangan, mau jadi orang ke ratusan juta pun Jaemin tidak masalah asalkan keberadaannya bisa menjadi salah satu alasan Jeno sebahagia itu, karna ketika Jeno bahagia Jaemin pun akan bahagia, termasuk Jeno membuatkan sarapan hari ini, benar-benar membuat Jaemin bahagia.

Steinway ||Nomin|| END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang