Part 18🌹

68.2K 7.9K 344
                                    

firza532

Suasana di sekitar Nara mendadak terasa sangat mencekam karena aura permusuhan yang dikeluarkan Isaac

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana di sekitar Nara mendadak terasa sangat mencekam karena aura permusuhan yang dikeluarkan Isaac. Belum lagi wajah penuh amarah Isaac semakin membuat suasana kian mencekam dan menakutkan. Bahkan tanpa sadar Nara menahan nafas untuk sejenak.

Tak mau membuat suasana menjadi lebih parah, akhirnya Nara memutuskan untuk menyudahinya.

Dengan senyuman lebar dan tampang polosnya, Nara berlari ke arah Isaac dan memeluk pria itu erat seraya mendongak, menatap lembut Isaac. "Kenapa kau ke kampusku? Kau merindukanku?" Godanya.

Perlahan namun pasti, aura tidak mengenakkan tadi menghilang dengan sendirinya. Berganti dengan aura hangat dan lembut.

"Ya. Aku sangat merindukanmu, amour." Mengecup kening Nara mesra sehingga membuat para gadis di sekitar mereka mendesah iri.

"Tidak ada meeting hari ini?"

"Ada."

Nara mengerutkan kening heran. "Tapi kenapa kau ke kampusku?"

"Karena aku sangat merindukanmu. Lagipula aku tidak akan jatuh miskin hanya karena mengabaikan meeting pagi ini."

Jawaban bernada sombong Isaac lantas menghadirkan decakan kesal dari Nara. "Dasar." Dumelnya.

Isaac terkikik geli melihat reaksi menggemaskan Nara. Dipeluknya pinggang Nara posesif dan melayangkan kecupan bertubi-tubi di pipi istri cantiknya itu tanpa mempedulikan bagaimana pandangan orang lain terhadap mereka.

Nara yang diperlakukan demikian berusaha menghindar dan kabur dari cengkraman Isaac tapi usahanya berakhir sia-sia karena Isaac terlalu kuat.

"Cukup. Jangan menciumku lagi. Aku malu ditonton orang banyak." Jerit Nara tertahan.

Isaac terbahak. Diusapnya pipi Nara lembut dan tersenyum miring. "Abaikan saja mereka, amour."

Nara mengembungkan pipi kesal. Niat awalnya ingin meredakan amarah Isaac tapi ia malah terperangkap dalam tipu daya pria itu. Sungguh menyebalkan. Untung Nara sayang.

Wanita cantik itu melipat tangan di depan dada kala berhasil lepas dari pelukan Isaac. "Ayo pulang!" Ajaknya.

Isaac hendak menjawab tapi Krasnaya buru-buru menginterupsi. "Nara." Panggilnya penuh harap.

Yang dipanggil langsung menoleh. Hampir tersedak salivanya sendiri melihat tatapan berbinar Krasnaya. Ia langsung paham arti tatapan Krasnaya meskipun Krasnaya tidak mengucapkan apapun.

Nara menghela nafas. Lalu, mengalihkan tatapannya ke arah Isaac yang kini kembali memasang wajah datar.

"Ini teman baruku. Kami sekelas. Namanya Krasnaya." Ucap Nara memperkenalkan.

Krasnaya tersenyum malu-malu. "Halo, Tuan Isaac. Saya Krasnaya. Senang bertemu langsung dengan tuan," ujarnya penuh semangat.

Isaac hanya menatap dingin lalu mengangguk singkat tanpa mengatakan apapun.

Nara menyenggol tangan Isaac pelan. Memberi isyarat agar pria itu bersuara juga. Akan tetapi, hasilnya malah dirinya yang dirangkul Isaac. "Tidak kusangka kau merasa tidak sabar untuk berduaan denganku, amour." Bisik Isaac menggoda.

Nara menepuk keningnya tak percaya. Bisa-bisanya Isaac salah paham pada kodenya.

"Tuan, dari dulu saya sangat mengagumi Anda. Bolehkah saya berfoto dengan Anda?" Tanya Krasnaya penuh harap.

Isaac menatap Krasnaya dingin. Dalam hati mengumpati gadis itu karena menganggu waktu berduaannya dengan sang istri.

Krasnaya yang peka akan tatapan Isaac langsung menunduk sedih.

Idolanya sangat dingin dan tak tersentuh.

Krasnaya jadi iri dengan Nara yang bisa begitu dekat dengan Isaac dan mendapatkan kasih sayang serta cinta yang berlimpah.

"Maaf menganggu. Saya pergi dulu." Krasnaya berlalu dari sana. Meninggalkan sepasang suami istri itu dengan perasaan yang kacau balau.

Nara tak sempat menahan kepergian Krasnaya karena Isaac memagut bibirnya secara mendadak.

Isaac baru melepaskan pagutan mereka kala Krasnaya sudah menghilang sepenuhnya.

"Jangan pernah membuka hati untuk orang baru. Kau tahu sendiri 'kan amour kalau di dunia ini tidak ada yang dapat dipercayai selain aku?" Tanya Isaac serius.

"Iya, iya." Sahut Nara malas.

Terserah apa kata Isaac karena dia tak ingin berkelahi dengan suaminya karena hal sepele.

Lagipula Nara maklum pada sifat posesif, dominan, dan over protektif Isaac.

"Ah, kemana pria sialan itu? Padahal aku baru saja mau menghajarnya." Decak Isaac kesal.

Pria sialan yang dimaksudnya tentu saja George.

Pria itu sudah menghilang dari sana. Sepertinya dia takut berurusan dengan Isaac.

"Kalau diingat-ingat, tadi itu kesempatan besar untukku balas dendam padanya. Tapi, kenapa kau menghalangiku, amour?" Tanya Isaac tiba-tiba tersadar akan tingkah Nara sebelumnya.

"Kau melindunginya? Kau masih mencintainya? Kau belum bisa melupakannya meskipun dia telah mengkhianatimu?" Pertanyaan berbondong-bondong dilayangkannya pada Nara. Belum lagi aura lembutnya kembali berubah menjadi aura mencekam.

Para penonton yang tadinya menonton keromantisan mereka langsung bubar dengan sendirinya karena suasana tak mengenakkan di antara keduanya.

"Jangan bodoh, amour! Pria itu bukan pria baik. Bersamanya hanya akan membuatmu hancur untuk kedua kalinya." Omel Isaac.

Nara berdehem keras. Merasa kesal diragukan oleh Isaac. "Sudah cukup bicaranya, sayang?" Tanyanya penuh penekanan.

Isaac mendadak terdiam dan salah tingkah.

"Kau telah membuatku kesal. Maka malam ini, tidak ada jatah untukmu!"

Isaac melotot kaget. "TIDAK!"

Bersambung...

21/12/21

firza532

Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang