Jangan lupa vote dan komen( ╹▽╹ )
Nara menghentakkan kaki kesal.
Entah mengapa, semua orang mengabaikannya hari ini.
Baik itu kedua orangtuanya, sahabatnya, atau pun Isaac.
Nara sungguh kesal karena sebelumnya tak pernah diabaikan sedikit pun. Ia terbiasa menerima semua perhatian dari orang-orang itu. Makanya sekarang terasa sangat menyebalkan bagi Nara.
Di sepanjang lorong rumah sakit, Nara menggerutu. Mengabaikan tatapan heran orang-orang padanya sebab yang paling terpenting baginya adalah meluapkan kekesalan.
Bruk!
Nara hampir terjatuh ke lantai jika saja tidak dapat mengendalikan tubuhnya.
Wanita cantik itu menatap kesal orang yang menabraknya. "Dimana matamu hingga menabrakku yang sebesar ini?!" Semprotnya langsung.
Orang itu mendongak. Menatap Nara.
"Erwin?" Tanya Nara kaget.
Yang disebut namanya juga tak kalah kaget. "Nara?!"
Nara langsung kabur tapi pergelangan tangannya berhasil dicekal oleh Erwin. "Kau kemana saja, Ra? Kenapa aku tidak pernah melihatmu selama beberapa bulan belakangan ini?"
Nara berdecak kesal. Kemudian, melepaskan cekalan Erwin darinya. "Aku pindah ke London karena menikah dengan pria asal sana. Jadi, jangan mengangguku lagi."
Erwin adalah pria yang mengejar-ngejar Nara sejak kelas 2 senior high school.
Seringkali Nara menyuruh Erwin untuk mundur tapi pria itu begitu keras kepala. Berkata tidak akan pernah berhenti mengejarnya sebelum Nara jatuh cinta padanya.
"Aku tidak percaya! Itu pasti hanya alasanmu untuk menghindari ku."
Nara menghela nafas. "Nama suamiku Isaac King Nelson. Kalau kau tidak percaya, coba lihatlah artikel di google," katanya penuh penekanan.
Erwin memicingkan mata curiga ke arah Nara tapi tetap mencari nama Isaac di google.
Mata pria itu melotot kaget sesaat setelah membaca artikel. "Jadi, kau benar-benar menikah dengannya?"
"Iya."
"Kenapa, Ra? Kenapa kau memilih pria yang baru kau kenal sebagai suami?! Sementara aku, sudah mengejar-ngejarmu sejak kelas 2 senior high school. Kenapa kau tidak pernah mencintaiku atau pun mencoba untuk menerimaku?" Erwin bertanya protes lantaran tak terima pujaan hatinya sudah dimiliki orang lain.
"Karena aku tidak tertarik padamu."
"Kenapa?! Bukan kah aku sangat tampan, populer, dan kaya?!"
"Ya. Kau tampan, populer, dan kaya. Tapi maaf, Erwin. Hatiku tidak bisa mencintaimu." Jawab Nara sebijak mungkin supaya Erwin menerima kenyataan dengan lapang dada.
Erwin mengusap wajahnya frustasi. "Sia-sia aku memperjuangkanmu, Ra. Karena sampai akhir pun kau tidak pernah menghargai perjuanganku." Sinisnya. Kemudian, meninggalkan Nara begitu saja.
Sementara itu, Nara mencibir kesal. "Memangnya siapa yang menyuruhmu untuk memperjuangkanku? Tidak ada 'kan?!" Tanyanya menggebu-gebu.
"Dasar pria aneh! Padahal tindakanku selama ini sudah menolaknya dengan tegas dan menunjukkan sikap risih tapi dia tetap saja mengejarku dan sekarang dia malah menyalahkanku karena perjuangannya sia-sia?!"
Nara menggelengkan kepala tak habis pikir.
"Cih! Dasar menyebalkan!"
Wanita cantik itu kembali melanjutkan jalannya yang tertunda karena drama Erwin.
Ia memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar rumah sakit supaya mood nya kembali membaik.
Kemudian, dia membeli berbagai macam makanan dan minuman untuk mengisi perut kecilnya.
Setelah puas refreshing sampai malam, baru lah Nara kembali ke ruangan orangtuanya di rawat.
Di dalam hati Nara masih dilanda kekesalan karena Isaac tidak mencarinya. Biasanya, Isaac akan mencarinya kalau dia pergi tanpa berpamitan.
"Apakah dia sudah mulai bosan padaku?" Gumam Nara ragu.
"Atau kah dia marah padaku karena sesuatu? Tapi karena apa? Bukan kah tadi malam kami baik-baik saja?"
Nara mengacak rambutnya kesal. "Aishh! Membingungkan!"
Kembali memperbaiki tatanan rambutnya seraya menghela nafas panjang.
"Sudahlah. Aku tanyakan saja padanya nanti."
Nara membuka pintu ruang rawat inap Daddy nya dengan wajah lesu.
"HAPPY BIRTHDAY, NARA!!"
Nara mengerjap kaget melihat semua orang berada di dalam ruangan dan menyanyikan lagu ulangtahun untuknya.
Isaac datang menghampirinya dengan membawa kue ulangtahun yang di atasnya terdapat angka 20.
Nara tak bisa menahan rasa harunya melihat surprise dari orang-orang tercintanya. Ia sendiri bahkan lupa hari ulang tahunnya.
"Selamat ulangtahun, amour. Maaf karena aku sengaja mengabaikanmu hari ini." Tutur Isaac bersalah, membuat semua orang di sana terkikik geli.
"Berhubung hari ini hari baikku, maka aku akan memaafkanmu." Sahut Nara sok jual mahal.
Isaac tersenyum lega.
"Nanti saja bucinnya! Sekarang tiup dulu lilinnya." Sorak Lucia menganggu suasana.
Nara berdecak kesal tapi tetap melakukan perkataan Lucia. Namun, sebelum itu Nara membuat permohonan.
Permohonan Nara hanya satu, yaitu hubungannya dengan Isaac akan bertahan sampai kapan pun. Tak peduli cobaan apapun yang datang melanda dan menguji mereka.
Bersambung...
6/2/22
((PSTT. SEMAKIN BANYAK KOMEN, SEMAKIN CEPAT UPDATE))
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband
RomanceDi akhir kehidupannya, Nara sangat menyesal telah meragukan Isaac dan lebih memilih George yang menghancurkannya tanpa sisa. Merebut hartanya dan membunuhnya. Namun, siapa sangka Nara kembali ke masa lalu. Lebih tepatnya saat dia diculik saat jalan...