Nara mengucek matanya perlahan.
Meregangkan tubuhnya yang terasa kaku sembari melihat ke arah luar jendela. Ia menganga tidak percaya melihat keadaan di luar jendela sudah gelap. Padahal tadi ia tidur jam 2 siang. Bukan kah waktu terlalu cepat berlalu?Akan tetapi, Nara tak ambil pusing. Dia segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan setelah itu keluar dari kamar. Berniat mencari keberadaan Isaac yang tak terlihat sedikit pun.
Nara menguap disepanjang lorong mansion karena sebenarnya masih mengantuk tapi perutnya sudah kelaparan dan tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk diisi.
Perempuan cantik itu menuruni tangga tanpa menyadari orang-orang di lantai bawah menatapnya.
"APA YANG KALIAN LIHAT, HAH?! APAKAH KALIAN TIDAK MEMBUTUHKAN MATA KALIAN LAGI?!"
Nara terlonjak kaget mendengar teriakan suaminya. Rasa kantuknya menguap begitu saja. "Kenapa marah-marah pada mereka?" tanyanya tak habis pikir.
Isaac berjalan menghampiri Nara sedangkan para bodyguard menatap Nara kasihan lantaran takut nyonya muda mereka dimarahi juga.
"Mereka pantas mendapatkannya karena lalai dalam menjalankan tugas, amour." Jelas Isaac lembut.
Para bodyguard tercengang. Bahkan ada yang menganga bodoh.
Reaksi Isaac terlalu berbeda daripada yang dibayangkan mereka.
"KENAPA KALIAN MASIH DI SINI?!" Bentak Isaac mengagetkan mereka. "BUBAR DAN SELESAIKAN TUGAS KALIAN!"
"Baik, tuan." Sahut semuanya kompak.
Nara menyentil kening Isaac pelan. "Jangan marah-marah terus. Nanti cepat tua baru tahu rasa." Gemasnya.
Isaac menghela nafas pelan. "Bagaimana aku tidak marah kalau melakukan tugas kecil saja mereka tidak sanggup, amour?"
"Memangnya tugas apa?"
Isaac merangkul pinggang Nara posesif. "Daripada membahas mereka, lebih baik makan malam. Kau pasti sudah lapar 'kan, amour?"
Nara mengangguk penuh semangat.
Isaac tersenyum lembut seraya mengelus puncak kepala Nara. "Kalau begitu ayo kita makan. Aku sudah memasakkan makanan untukmu."
Nara mengerjap tak percaya. "Kau bisa memasak?"
Isaac tersenyum sombong. "Tentu saja bisa, amour. Ingat, suamimu ini bukan orang biasa. Suamimu ini sempurna dan serba bisa." Balasnya semakin menyombongkan diri sehingga membuat Nara tertawa geli.
Wanita cantik itu pun memeluk lengan Isaac dan menyandarkan kepalanya manja. "Betapa beruntungnya aku mendapatkan suami seperti dirimu. Seandainya kita bisa bersama sampai maut memisahkan, pasti akan sangat menyenangkan."
Isaac menggendong Nara ala bridal style dan tersenyum lebar. "Kau tenang saja, amour. Kita akan terus bersama hingga maut memisahkan. Apapun yang terjadi, aku akan terus mempertahankanmu di sisiku. Bahkan jika kau tidak mencintaiku lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband
RomanceDi akhir kehidupannya, Nara sangat menyesal telah meragukan Isaac dan lebih memilih George yang menghancurkannya tanpa sisa. Merebut hartanya dan membunuhnya. Namun, siapa sangka Nara kembali ke masa lalu. Lebih tepatnya saat dia diculik saat jalan...