Kuy follow akunku firza532 dan temui cerita lainnya(◔‿◔)
"Saat tuan kecil du--"
"Amour!"
Bertepatan saat Jasmine menceritakan muncullah Isaac dan memotong ucapan maid itu.
Nara memutar bola mata malas melihat kehadiran Isaac yang tidak tepat.
Padahal ia kan ingin mendengar cerita tentang Isaac tapi pria itu malah muncul dan menghancurkan segalanya.
Belum lagi, dia masih kesal akan tindakan over protektif dan posesif Isaac.
Saking berlebihannya, dia merasa seperti burung yang terkurung dalam sangkar emas.
Yah, menyenangkan sih berada di dalam sangkar emas. Bisa mendapatkan apapun yang diinginkan tanpa perlu bekerja keras. Namun, ada kalanya ingin bebas.
"Maaf, amour. Aku melakukan ini untuk kebaikanmu. Jangan membenciku." Mohon Isaac sungguh-sungguh. Tatapannya pun terlihat sangat sendu.
Jasmine yang mengerti keadaan langsung undur diri dari sana. Tak ingin menganggu interaksi mereka.
"Aku tidak membencimu tapi aku sangat kesal denganmu." Decak Nara. Membuang tatapannya ke arah lain.
Perasaan bersalah merasuki relung hati Isaac. Lantas berlutut di hadapan Nara dan mengenggam tangan mungil nan hangat istrinya.
"Kau tahu 'kan aku sangat mencintaimu? Aku melakukan ini karena takut kehilanganmu. Tolong mengertilah, amour." Mohonnya sungguh-sungguh.
Nara menarik tangannya dan melipat tangan di depan dada. Menatap Isaac datar dan dingin. "Aku tidak mau mengerti karena bagiku cinta bukan kekangan tapi kebebasan."
Tatapan Isaac semakin sendu.
"Meskipun aku mencintaimu, bukan berarti aku mau dikurung terus menerus di dalam mansion ini. Aku butuh interaksi dengan dunia luar." Tegas Nara.
"Aku bukan mau mengurungmu terus menerus di dalam mansion, amour. Tapi, saat keluar dari mansion, kau harus bersama para bodyguard supaya keamananmu terjamin."
Nara mengerutkan keningnya. Pertanda tidak setuju. "Kau tidak berubah ya." Sarkasnya.
Isaac menggeleng panik lalu memeluk Nara erat. "Jangan membenciku. Aku melakukan ini untuk kebaikanmu juga, amour."
Nara mendesah sebal.
Gadis itu tak tahan melihat kondisi tak berdaya Isaac meskipun dirinya sendiri sedang dilanda kekesalan.
Akhirnya, ia pun mengusap pelan puncak kepala Isaac. "Memangnya kenapa kau tidak membiarkanku keluar sendirian? Apakah musuhmu sedang mengincar ku?" Suaranya kembali melembut.
"Aku tidak membiarkanmu di luar mansion sendirian karena takut kau bernasib sama seperti ibuku."
Mata Nara memicing. 'apakah ini berkaitan dengan traumanya?' batinnya.
"Memangnya ibumu kenapa?" Tanya gadis itu kepo.
"Saat kecil, ibuku keluar dari rumah untuk jalan-jalan bersamaku dan malah dibunuh oleh sekelompok orang. Aku kehilangan ibuku tepat di depan mataku. Makanya aku tidak ingin kau keluar sendirian. Setidaknya dengan kehadiran para bodyguard, mereka bisa melindungimu dari bahaya."
"Jadi, kejadian di masa lalu membuatmu trauma?" Nara bertanya memastikan.
"Iya."
"Huh, baiklah. Aku akan mendengarkanmu."
Isaac mendongak. Menatap Nara dengan tatapan berbinar. "Terima kasih, amour."
Nara tersenyum kecil melihat reaksi menggemaskan suaminya. Disentuhnya pipi Isaac pelan dan mengusapnya lembut. "Jangan terlalu mengkhawatirkan ku karena aku bisa melindungi diriku sendiri."
"Aku tidak bisa, amour. Aku selalu ketakutan tiap kali memikirkannya. Aku takut kau meninggalkanku selamanya seperti ibu." Isaac kembali mengeratkan pelukannya sedangkan Nara menghela nafas pasrah.
"Yah, terserah kau saja. Kau boleh menyuruh bodyguard mengikutiku asal jangan terlalu banyak karena itu sangat mencolok. Paling banyak 3 orang."
"Baiklah. Aku akan menyuruh 3 bodyguard untuk menjagamu mulai besok."
Nara mengangguk pasrah untuk kesekian kalinya.
Setidaknya Isaac masih mendengarkan ucapannya.
"Oh ya, kenapa kau pulang secepat ini?" Mengalihkan pembicaraan.
"Karena para penjaga mengatakan kau terlihat sangat kesal dan marah. Makanya aku langsung pulang. Aku takut kau akan membenciku lagi seperti dulu jika aku tidak membujukmu."
"Aku masih kesal tahu!"
Isaac melepaskan pelukannya dan menatap Nara sedih sedangkan wanita cantik itu menyandarkan punggungnya ke sofa seraya memasang wajah sok cool nya.
"Aku tidak akan kesal lagi kalau kau membeli pulau pribadi atas namaku," ucapnya seraya mengintip reaksi Isaac lewat sudut matanya.
Isaac tersenyum cerah mendengarnya. "Oke. Aku akan membelikannya untukmu sekarang juga." Mengatakan hal tersebut tanpa merasa keberatan sedikit pun.
Nara bersorak senang dan refleks memeluk Isaac. "Terima kasih, suamiku."
Isaac tertawa geli lalu membalas pelukan istrinya. Baginya tidak masalah mengeluarkan banyak uang selagi bisa membahagiakan Nara-nya.
Sementara itu, para maid yang mendengar percakapan mereka sedari tadi hanya bisa menelan saliva kasar. Sungguh, mereka sangat iri pada Nara yang sangat dimanjakan Isaac.
"Tuan, tuan! Ada berita buruk!" Teriak seseorang memecahkan suasana menyenangkan yang tercipta.
Bersambung...
14/12/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband
RomanceDi akhir kehidupannya, Nara sangat menyesal telah meragukan Isaac dan lebih memilih George yang menghancurkannya tanpa sisa. Merebut hartanya dan membunuhnya. Namun, siapa sangka Nara kembali ke masa lalu. Lebih tepatnya saat dia diculik saat jalan...