Part 36🌹

36.5K 3.9K 110
                                    

Happy reading..

"NARA! INI BENAR-BENAR KAU?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"NARA! INI BENAR-BENAR KAU?!"

Nara meringis mendengar teriakan dahsyat Lucia dan semakin meringis kala melihat Lucia mengaduh kesakitan dengan mata berkaca-kaca.

Vernando bergegas menghampiri Lucia. Wajah sahabat laki-laki Nara terlihat sangat panik. "Apa perlu dipanggilkan dokter?"

Lucia menggeleng cepat. "Tidak usah."

"Tapi, kau terlihat sangat kesakitan." Sahut Vernando ragu.

"Palingan rasa sakitnya hanya sebentar. Biasalah!"

Nara mendekati Lucia. Sahabatnya sejak SD. "Yakin tidak ingin dipanggilkan dokter?"

Lucia mengangguk pasti sedangkan Nara dan Vernando menghela nafas pasrah.

"Ra, kemana saja kau selama ini? Kenapa aku dan Vernando tidak bisa menghubungi nomormu? Kau memblokir nomor kami?"

Nara mengerjap kaget mendengar perkataan Lucia. "Mana mungkin aku memblokir nomor kalian!"

"Tapi, kenapa kami tidak bisa mengubungi nomormu? Kau sungguh memblokir nomor kami? Atau jangan-jangan kau sudah mendapatkan sahabat baru di London sehingga melupakan kami? Wah, kau sungguh tega, Ra. Melupakan yang lama setelah mendapatkan yang baru." Sarkas Lucia.

Nara menghela nafas kasar. "Memangnya selama ini aku orang yang seperti itu di mata kalian?"

Vernando mengusap puncak kepala Lucia lembut. "Dengarkan dulu penjelasan Nara. Jangan sembarangan menuduhnya."

Lucia mengerucutkan bibir kesal. "Kau membela Nara?"

Vernando menyentil kening Lucia gemas. "Bukan begitu. Aku bukan membela siapapun tapi Aku yakin Nara punya alasan hingga tidak mengabari kita."

"Baiklah. Aku akan menceritakan semuanya pada kalian tentang apa saja yang terjadi selama aku di London supaya kalian tidak berpikiran negatif padaku."

Vernando dan Lucia menatap Nara penuh minat. Tak sabar mendengar alasan Nara mengabaikan mereka.

"Saat pertama kali mendarat di London, aku diculik oleh seseorang dan mereka melelangku di club malam."

Mendengar cerita Nara, keduanya menutup mulut kaget. "Kau serius, Ra?" Tanya Lucia.

"Iya. Aku serius. Memangnya apa gunanya aku berbohong pada kalian?"

"Jangan bilang kalau Isaac membelimu di pelelangan itu dan menjadikanmu budak sex?!" Tanya Vernando tercekat.

"Isaac siapa?!!" Jerit Lucia heboh.

"Orang yang mengaku sebagai suami Nara. Bahkan tadi dia memukul pipiku."

"Astaga! Kenapa dia kasar sekali? Jangan-jangan selama ini kau menjadi korban kekerasannya, Ra?" Tanya Lucia panik.

"Jangan bilang kalau yang Lucia katakan itu benar, Ra!"

"Naraku yang malang. Kau benar-benar menjadi korbannya?"

"Ceritakan ke kami, Ra! Semuanya!"

"Dan sejujur-jujurnya!"

Nara memijit kepalanya yang mendadak pusing melihat sifat berlebihan kedua sahabatnya.

"Kalian tenang saja. Isaac tidak seperti yang kalian bayangkan. Dia sangat lembut dan selalu memanjakanku sebagai istrinya." Jelas Nara penuh penekanan.

"Jangan berbohong, Ra." Lirih Lucia.

"Tenang saja, dia tidak ada di sini. Kau aman, Ra. Kau bisa menceritakan semuanya pada kami." Bujuk Vernando dan Lucia mengangguk membenarkan.

"Kami janji akan melindungimu. Bagaimanapun caranya," kata keduanya kompak. Mampu membuat Nara terharu.

Meskipun berpisah selama beberapa bulan tanpa kabar, kedua sahabatnya masih sangat perhatian padanya. Nara sangat senang.

"Aku selalu berkata jujur pada kalian. Isaac memang memperlakukanku dengan lembut dan penuh kasih sayang. Dia tak pernah sekali pun memperlakukan ku dengan kasar."

Lucia dan Vernando menatap Nara penuh selidik sedangkan yang ditatap tersenyum tak berdaya. "Masa kalian tidak mempercayai ucapanku?"

"Coba buka bajumu. Aku ingin melihat punggungmu ada bekas luka atau tidaknya." Titah Lucia.

"Astagaa!! Sampai segitunya?" Decak Nara.

"Iya. Cepat buka! Baru aku percaya!"

Nara memutar bola mata malas tapi tetap melakukan perkataan Lucia. Ia berbalik dan mengangkat bajunya ke atas.

Lucia dan Vernando menghela nafas lega saat melihat punggung Nara masih mulus seperti dulu. "Untunglah yang kami takutkan tidak terjadi." Gumam Lucia.

Nara kembali menurunkan bajunya. Menatap kedua sahabatnya bergantian. "Sekarang kalian percaya 'kan?"

Keduanya mengangguk.

"Lalu, bagaimana ceritanya kau bisa menikah dengan Isaac, Ra? Mengingat kalian baru bertemu. Setahuku kau bukan orang yang mudah diajak menikah, Ra. Dia tidak memaksa dan mengancammu 'kan?" Tanya Lucia lagi. Masih sangat penasaran pada kisah hidup Nara selama di London.

"Aku pernah berteman dekat dengan Isaac saat kecil dan dia cinta pertamaku. Makanya aku langsung mengiyakan ajakan menikahnya tanpa pikir panjang." Jawab Nara berbohong.

Tidak mungkin 'kan Nara menjawab alasan yang sebenarnya.

Bisa-bisa kedua sahabatnya menyangka dia sudah gila!

Dan Nara tak ingin hal itu terjadi!

Bersambung...

5/2/22

firza532

Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang