Part 17🌹

71.1K 8.3K 427
                                    

Jangan lupa vote dan komen(◔‿◔)

Kelas pertama Nara untuk pertama kalinya di Oxford University pun berakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelas pertama Nara untuk pertama kalinya di Oxford University pun berakhir.

Wanita cantik itu memasukkan semua barang bawaannya ke dalam tas dan setelah itu meregangkan tubuhnya yang terasa kaku.

Mendadak ia tak sabar untuk pulang supaya bisa rebahan karena diluar perkiraan, mengikuti pelajaran yang sama untuk kedua kalinya terasa sangat membosankan. Lebih baik dan menyenangkan rasanya di dalam kamar bersama novel-novel baru yang dibelinya beberapa hari lalu.

Belakangan ini, lantaran terlalu bosan di kurung dalam rumah terus, Nara mencari kesibukan baru. Secara kebetulan ia menemukan kesibukan yang tepat untuk mengusir rasa bosannya, yaitu membaca novel.

Isaac juga sangat perhatian. Membelikan Nara banyak novel. Bahkan membuatkan rak khusus untuk novel saja.

Jika mengingat semua itu, Nara tak bisa berhenti untuk tersenyum. Isaac-Nya terlalu manis dan perhatian.

Nara sungguh mencintai suaminya.

"Hei! Kenapa kau senyum-senyum sendiri dari tadi? Apakah ada yang lucu?" Krasnaya mencolek lengan Nara sehingga membuat perempuan itu terhenyak kaget.

"Oh, atau jangan-jangan kau sedang memikirkan idolaku?" Tebak Krasnaya tepat sasaran.

Nara menyengir. Tak berusaha membantah. Sedangkan Krasnaya yang melihat reaksi Nara hanya bisa mengembungkan pipi kesal.

"Aku sungguh iri denganmu yang bisa bertunangan dengan idolaku."

Nara tertawa kecil. "Btw, kenapa kau mengidolakannya?"

Krasnaya tersenyum lebar. Matanya terlihat berbinar. Suasana hatinya tergambar begitu jelas ke permukaan. "Aku mengidolakannya karena dia tampan, berkharisma, tidak playboy, dingin, dan kaya raya. Bagaimana mungkin aku tidak mengidolakan pria sempurna seperti Tuan Isaac?"

Nara mengangguk, membenarkan.

Isaac memang lelaki yang sangat sempurna dari segi apapun. Betapa beruntungnya ia bisa mendapatkan pria sempurna seperti Isaac.

"Eh, tapi kau tenang saja. Aku tidak akan merebut calon suamimu karena perasaanku pada Tuan Isaac hanya sebatas kagum. Cukup mengagumi tanpa memiliki." Jelas Krasnaya buru-buru seolah takut membuat Nara salah paham.

"Aku tahu bahwa kau bukan perempuan yang seperti itu, Krasnaya."

Gadis berambut pendek itu menatap Nara terharu. "Padahal kita baru kenal tapi kau langsung percaya padaku. Aku sangat terharu, Nara. Tolong berikan sebuah pelukan untuk sahabatmu ini." Rengeknya bak anak kecil sehingga membuat Nara tertawa geli.

Sesuai permintaan teman barunya, Nara memeluk gadis itu. Hatinya terasa hangat bisa mendapatkan pelukan seorang sahabat karena di kehidupan sebelumnya, ia tidak mempunyai sahabat sama sekali.

Isaac terlalu mengekangnya. Tidak membiarkannya dekat dengan siapapun dan selalu mengikatnya dengan rantai tak kasat mata.

"Bisakah aku minta tolong sesuatu padamu?"

Nara mengerutkan kening heran melihat tatapan memelas Krasnaya. "Minta tolong apa?"

"Aku ingin berfoto dengan Tuan Isaac dan mendapatkan tanda tangannya. Sekali saja. Kau mau 'kan membantuku?"

Nara meraup wajahnya gusar lantaran tak kuat menahan rasa gemasnya melihat ekspresi teman barunya. Sangat imut seperti anak kucing. "Baiklah, baiklah. Aku akan membantumu."

"Nara memang yang terbaik!" Sorak Krasnaya kegirangan.

Entah mengapa, Nara ikut merasa senang melihat reaksi Krasnaya.

"Honey!"

Namun, moodnya langsung hancur dalam sekejap mata kala mendengar suara George.

"Apakah kau mau berkeliling kampus ini bersamaku? Aku akan mengenalkan semuanya padamu."

"Tidak!" Nara menolak tegas.

"Yakin? Kau tidak akan menyesal karena menolak tawaranku?" Tanya George tak mau menyerah.

"Heh! Jangan ganggu Nara terus! Menjauh lah darinya dan cari saja target lain." Sinis Krasnaya.

"Target apa maksudmu?" Heran George.

"Jangan pura-pura bodoh. Kau pasti tahu maksudku."

"Aku tidak tahu apa maksudmu."

"Oh, kau ingin aku mengucapkannya dengan keras supaya orang lain tahu?"

George mengepalkan tangan kesal. "Dasar tukang ikut campur urusan orang!" Hinanya.

"Sudahlah, Krasnaya. Jangan meladeninya. Lebih baik kita ke kantin untuk mengisi perut." Nara menyeret Krasnaya pergi sebelum keduanya bertengkar hebat.

Krasnaya mengomel kesal karena melihat sifat tak tahu malu George sedangkan Nara mengulum senyum karena mempunyai sahabat yang perhatian seperti Krasnaya. Akan tetapi, di lain sisi, Nara juga tidak akan terlalu berharap pada Krasnaya karena pernah merasakan pahitnya pengkhianatan.

"Nara! Tunggu aku!" Teriak George. Masih belum menyerah mengejar-ngejar Nara meskipun dicuekin.

George berlari menyusul Nara yang kian menjauh. Menghadang jalan Nara dan menatap perempuan itu penuh minat. "Makan sianglah bersamaku, honey."

Nara menatap George dingin. Membuktikan bahwa ia tak tertarik sedikit pun dan reaksinya berhasil membuat George semakin tertantang. Berjalan mendekat. Pria itu hendak mengeluarkan jurus rayuan andalannya, akan tetapi...

"Lancang sekali kau menganggu wanitaku. Apakah kau sudah bosan hidup?"

Bersambung..

16/12/21

firza532

Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang