Part 12🌹

88.9K 9.5K 299
                                    

Gagal Hiatus sampe th 2022 karena hidup tanpa menulis cerita ternyata sangat membosankan😂

Bagi yang merasa lupa dengan ceritanya, baca dari awal lagi Yap🔥

Jangan lupa dukung terus cerita ini ya💛✨

Jangan lupa dukung terus cerita ini ya💛✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku lapar." Adu Nara secara tiba-tiba.

Isaac terkekeh pelan. "Sudah kuduga kau akan kelaparan."

Nara menyengir mendengarnya.

Isaac tersenyum gemas melihat cengiran manis Nara dan refleks mencubit hidung mancung istrinya.

"Jangan mencubit hidungku. Sakit." Rajuk Nara sembari mengusap hidungnya.

Reaksinya membuat Isaac semakin gemas hingga berakhir menindih istri cantiknya.

Berencana menggoda Nara tapi yang didapatnya malah jeritan kesakitan. "Kau kenapa, amour?" Isaac bertanya panik karena merasa tak melakukan apapun yang menyakiti Nara.

"Kakimu menindih lukaku."

Rintihan Nara membuat Isaac sontak menjauh dari atas tubuh istrinya. "Di bagian mana kau terluka?" Tanyanya kian panik.

"Kaki."

Pria itu langsung melihat kaki Nara dan melotot kaget melihat kaki Nara berdarah. "Kenapa bisa terluka seperti ini?"

Nara menghela nafas gusar. "Semalam Ella mengagetkanku sehingga gelas yang ku pegang jatuh ke lantai dan pecahannya mengenai kakiku."

Nafas Isaac memburu mendengar penjelasan istrinya. "Beraninya dia membuatmu terluka seperti ini!" Rahangnya mengeras. Sorot matanya dipenuhi oleh amarah. "Aku akan membunuhnya sekarang juga!"

Nara melotot kaget mendengar perkataan Isaac. Lebih kaget lagi ketika Isaac bangkit dari tempat tidur.

Isaac serius dengan ucapannya!

"Jangan membunuhnya!" Titah Nara, akan tetapi, Isaac seolah tuli. Pria itu tetap keluar dari kamar dengan aura membunuh khasnya.

Nara memijit kepalanya yang mendadak pusing melihat sifat psycho Isaac kembali muncul ke permukaan.

Yah, beginilah Isaac. Emosian dan selalu membunuh orang yang mengusik kehidupannya tanpa pikir panjang.

Makanya di kehidupan lampau, Nara sangat membenci Isaac dan selalu berusaha kabur di setiap kesempatan.

"Ya sudahlah. Tidak ada ruginya kalau Ella mati di tangan Isaac. Bahkan itu lebih baik karena penghasut di dalam rumah ini akan menghilang selamanya." Gumamnya pelan.

Nara menghela nafas gusar. Menatap kosong langit-langit kamar. Kembali memikirkan banyak hal yang telah dialaminya.

Dimana terasa bagaikan mimpi indah yang bisa sirna begitu saja setelah terbangun.

"Sadar, Nara. Ini bukan mimpi melainkan kenyataan!" Tekannya pada diri sendiri.

Nara turun dari tempat tidur. Berjalan tertatih-tatih menuju kamar mandi. Berniat membersihkan diri dan setelah itu sarapan karena perutnya tak bisa diajak kompromi lagi.

Di dalam kamar mandi, wanita cantik itu sangat berhati-hati supaya air tak mengenai lukanya. Sangat melelahkan memang tapi mau bagaimana lagi. Daripada bertambah sakit lukanya.

Nara baru bisa bernafas lega kala acara mandinya selesai. Tanpa buang waktu, ia langsung keluar dari sana dan kamar masih kosong seperti tadi.

Hal itu membuat Nara menggelengkan kepala tak habis pikir. "Ternyata urusannya masih belum selesai." Decaknya.

"Aku menjadi penasaran dengan keadaan Ella. Apakah dia sudah mati atau sedang disiksa Isaac?"

Nara membuka handuknya. Hendak mengganti pakaian. Namun, di saat-saat seperti itu, Isaac malah muncul di ambang pintu sehingga membuat Nara terkejut bukan main dan refleks memakai kembali handuknya.

"Kau membuatku kaget." Decaknya kesal sambil berkacak pinggang.

Isaac tertawa kecil. Berjalan mendekati Nara dan memeluk erat tubuh mungil istrinya.

Nara memukul punggung Isaac pelan. "Lepaskan pelukanmu. Aku ingin ganti baju."

Isaac menggeleng manja. "Aku masih ingin memelukmu, amour."

Nara terkikik geli. "Acara pelukannya ditunda dulu sampai istrimu ini makan."

Isaac melepaskan pelukannya dan mengusap puncak kepala Nara lembut. "Aku sudah menyuruh maid memasakkan makanan untukmu. Mau ku bantu berganti pakaian supaya lebih cepat?"

Nara mengibaskan tangannya. "Tidak usah."

Isaac menyeringai. "Padahal bantuan ku bisa meringankan bebanmu, amour."

Nara menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Melihat ekspresimu, aku tahu bahwa kau tidak akan membantuku berpakaian, melainkan malah menerkamku."

Isaac terbahak mendengar perkataan Nara yang memang benar adanya.

"Tuh kan! Kau memang berniat menerkamku!" Tuding Nara.

Isaac tertawa kencang melihat reaksi menggemaskan Nara.

"Cih! Jangan tertawa menyebalkan seperti itu. Lebih baik kau segera mandi dan setelah itu kita sarapan bersama." Decak Nara kesal.

Isaac menghentikan tawanya. Meraih pinggang Nara, memeluknya posesif, dan melayangkan kecupan bertubi-tubi di pipi istrinya. "Kenapa kau selalu membuatku gemas, amour?" Ucapnya tak nyambung dengan ucapan Nara sebelumnya.

Nara tersenyum miring dan membalas pelukan Isaac. "Karena aku perempuan yang sangat menggemaskan sejak lahir." Jawabnya penuh percaya diri sehingga membuat Isaac tertawa kencang.

"Apakah kau mau tahu tentang sesuatu?" Celetuk Nara.

Isaac berhenti tertawa dan menaikkan alisnya heran.

Nara tersenyum lembut. Kemudian, menangkup wajah Isaac dengan tangan mungilnya.

Tatapannya begitu dalam sehingga membuat Isaac tak mampu mengalihkan tatapan ke arah lain.

"Kau sangat tampan saat tertawa, suamiku."

Isaac tertegun mendengarnya dan pipinya memerah begitu saja tanpa dapat ditahan.

'Astaga! Mudah sekali membuat suamiku ini baper. Sepertinya mulai sekarang aku harus sering-sering memujinya supaya dia menjadi semakin bucin dan memberikan apapun yang kuinginkan.' batin Nara.

Bersambung...

Semoga sukaa💛😙

firza532

Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang