Part 32🌹

46.2K 4.5K 54
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sayang! Apa benar kau diculik oleh seseorang saat resepsi pernikahan kemarin? Mommy baru saja melihat berita tentangmu di internet!"

Nara meringis pelan. Baru saja bangun tidur, dia langsung di video call dan diintrogasi oleh sang mommy.

Kemarin, mommy Nara tidak hadir ke resepsi pernikahan karena Daddy Nara sakit. Makanya mommy Nara kaget melihat berita tentang anak tunggal kesayangannya itu.

"Siapa yang berani menculikmu? Katakan ke mommy supaya mommy bisa memberikan pelajaran berharga untuknya." Ujar mommy Nara menggebu-gebu di sebrang telepon.

"Tidak perlu, mom. Suamiku sudah mengurus penculik itu dengan baik."

"Siapa yang menculikmu? Kenapa dia menculikmu? Apakah dia musuh perusahaan kita atau musuh suamimu?"

"Bukan, mom. Orang yang menculikku itu teman kampusku. Dia terobsesi padaku. Makanya dia tidak rela melihatku menikah dengan pria lain."

"Menyeramkan sekali pria seperti itu. Mulai sekarang kau harus lebih berhati-hati, sayang."

"Mommy tenang aja. Aku akan lebih berhati-hati."

"Baguslah kalau begitu."

Nara mengambil posisi ternyaman. "Bagaimana keadaan Daddy sekarang, mom?"

Mommy Nara tersenyum. "Keadaan daddy mu sudah lebih baik daripada kemarin."

"Bilang ke Daddy agar lebih menjaga kesehatannya, mom. Aku tidak ingin Daddy jatuh sakit lagi."

"Oke, sayang."

Mommy Nara memasang wajah sendu hingga membuat Nara heran. "Kenapa, mom?"

"Maafkan kami, sayang. Kemarin kami tidak bisa hadir di resepsi pernikahanmu sehingga tidak bisa melindungimu dari orang jahat."

"Jangan minta maaf, mom. Kalian kan tidak bisa hadir karena Daddy sedang sakit. Bagiku kesehatan kalian lebih penting daripada kehadiran kalian di sisiku."

"Terima kasih sudah mau mengerti, sayang."

"Iya, mom."

Nara menjadi teringat dengan sikapnya di masa lalu. Ia sangat egois dan tak mau tahu keadaan orang lain. Yang ada dalam pikirannya, semua orang harus mengutamakannya.

"Saat Daddy mu sembuh nanti, kami akan segera ke sana. Kami sangat merindukanmu."

Nara mengulum senyum. "Aku juga merindukan kalian. Ku tunggu kedatangan kalian di sini."

"Baiklah. Kalau begitu sampai jumpa. Mommy tutup dulu telponnya."

"Iya, mom."

"Love you, sayang."

"Love you too, mom."

Video call pun selesai.

"Kau merindukan mereka, amour?"

Nara mengerjap kaget. Lantas menoleh ke asal suara. "Sejak kapan kau berada di sana?"

Isaac tersenyum geli melihat raut wajah kaget Nara. "Makanya jangan terlalu fokus ke ponselmu sehingga tidak menyadari keberadaanku." Berjalan mendekati Nara dan tidur di samping istrinya itu.

"Kau merindukan orangtuamu?" Kembali pada topik utama.

Nara mengangguk. "Ya. Aku merindukan mereka."

"Ingin bertemu dengan mereka?"

Nara mengangguk lagi.

"Baiklah. Aku akan menemanimu pulang hari ini. Kebetulan aku sedang libur kerja."

Nara menatap Isaac kaget. "Serius?!" Pekiknya penuh semangat.

Isaac tertawa kecil. "Memangnya kapan aku tidak pernah serius?"

Nara sontak memeluk Isaac erat. "Terima kasih."

Isaac membalas pelukan Nara. "Tapi ada syaratnya." Bisiknya menggoda.

Nara melepaskan pelukannya. Menatap Isaac kesal. "Dasar php!"

Isaac terbahak sedangkan Nara mendelik kesal.

"Tenang saja, amour. Syaratnya mudah kok." Ucapnya seraya memainkan rambut Nara.

"Huft! Apa syaratnya?"

Isaac tersenyum miring. "Buat suamimu merasa puas pagi ini."

Nara memutar bola mata kesal. "Dasar mesum!"

"Oh ayolah, amour. Bukankah syaratnya sangat mudah untuk dilakukan?"

"Aku tidak mau." Tolak Nara mentah-mentah.

"Kenapa?" Isaac bertanya dengan ekspresi nelangsanya.

Nara tersenyum gemas dan mencubit pipi Isaac kesal. "Apakah kau lupa apa yang sudah kau lakukan padaku semalam?!"

Isaac mengerucutkan bibirnya. Terlihat sangat imut di mata Nara. "Tapi aku masih belum puas, amour. Aku masih ingin melakukannya."

Nara menyentil kening Isaac pelan. "Jangan harap!" Bangkit dari posisinya. Hendak turun dari kasur namun Isaac langsung menahan dan mengunci pergerakannya di atas kasur.

Seringaian Isaac membuat Nara menghela nafas jengkel. "Bisakah mengurangi sifat mesummu itu?" Decaknya gemas.

Isaac mengecup pipi Nara sekilas. "Aku tidak bisa karena kau terlalu menggoda, amour. Lagipula tidak ada salahnya kan mesum pada istri sendiri?"

Nara menggelengkan kepala tak berdaya. "Terserah kau saja lah."

Isaac tersenyum geli melihat wajah pasrah istri cantiknya. Kemudian, ia pun bangkit dari atas tubuh Nara. "Aku hanya bercanda. Cepat mandi sana. Setelah itu kita langsung menjenguk orangtuamu."

Nara menyodorkan kedua tangannya ke arah Isaac. "Gendong sampai kamar mandi." Rajuknya dengan wajah menggemaskan sehingga Isaac tak kuasa menahan senyum.

Bersambung...

3/2/22

firza532

Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang