Kejadian yang dialami Nara sama persis dengan kejadian 5 tahun lalu.
Jalan-jalan ke London, diculik orang, dijadikan bahan lelang, dibeli Isaac, dan dibawa ke mansion. Bedanya sekarang Nara tidak takut melainkan sangat bahagia.
Saking bahagianya, Isaac yang tengah duduk di hadapannya mengerutkan kening heran.
Bagaimana tidak heran jika melihat ada gadis sesantuy Nara saat dijual dan dibeli bagaikan sebuah barang.
Bahkan kini, gadis cantik itu mulai melahap kue kering yang berada di atas meja tanpa mempedulikan dirinya.
Tapi, entah kenapa, tindakan gadis itu malah semakin membuatnya merasa tertarik.
Nara mulai risih diperhatikan secara terus menerus dengan tatapan memuja. "Paman, kenapa terus menatapku dari tadi? Apakah aku tidak boleh menghabiskan kuenya?"
Isaac tersedak ludahnya sendiri mendengar panggilan paman dari Nara. Dia belum setua itu untuk dipanggil paman! Umurnya baru 29 tahun!
"Kau memanggilku apa?" Tanya Isaac mengulangi seakan memastikan bahwa ia tak salah dengar meskipun dia sangat yakin akan pendengarannya sendiri.
Nara mengerjap polos. Tidak merasa takut pada aura intimidasi Isaac karena sudah terbiasa di kehidupan sebelumnya.
"Paman." Ulangnya. Lalu kembali melahap kue yang mencuri perhatiannya sedari tadi.
Isaac menggeram. Ingin membentak Nara karena memanggilnya paman tapi dia tidak bisa. Dia tidak tega membentak Nara yang mencuri hati bekunya sejak pandang pertama.
Lantas menghela nafas gusar dan meraup wajahnya kesal.
Baru kali ini dia bersabar demi seseorang karena biasanya jika ada yang membuatnya tidak senang, dia akan langsung memberikan pelajaran pada orang itu. Misalnya menghajar sampai babak belur.
Entah apa hal menarik dari diri Nara sampai ia begitu terpikat dan tidak bisa mengalihkan pandangan ke arah lain.
Ada hasrat yang begitu besar di dalam dirinya untuk memiliki Nara seutuhnya. Mengurung gadis itu di sisinya, selamanya. Memperlakukan dengan baik dan membuat gadis itu jatuh cinta padanya.
Seulas senyuman manis muncul di bibirnya memikirkan hal tersebut.
Nara yang kebetulan melihat Isaac senyum-senyum sendiri menggelengkan kepala heran. "Sampai kapan paman menatapku sambil senyum-senyum sendiri seperti orang gila?" Celetuknya.
Isaac menetralkan raut wajahnya. Kemudian menatap Nara lembut. "Jangan panggil aku paman. Panggil saja namaku."
Jantung Nara berdegup kencang mendapatkan kelembutan yang selama ini diidam-idamkannya setelah perpisahan mereka.
"Baiklah. Nama paman siapa?" Nara pura-pura tidak tahu supaya Isaac tidak mencurigainya.
"Isaac King Nelson, amour."
Pipi Nara bersemu merah mendengar panggilan manis Isaac, membuat Isaac merasa sangat gemas padanya.
"Oh iya, apa yang terjadi padamu sampai dijadikan bahan lelang di club itu? Aku tahu bahwa kau bukan wanita murahan." Isaac mengalihkan topik pembicaraan karena penasaran dengan identitas gadis yang mencuri hatinya.
Nara menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. "Aku diculik saat pertama kali menginjakkan kaki di negara ini. Dramatis sekali bukan?" Tanyanya santai.
Jika di kehidupan sebelumnya sudah pasti Nara akan ketakutan dan berusaha kabur dengan berbagai cara dari mansion mewah Isaac.
Alhasil, Isaac selalu mencurigainya, mengurungnya, serta mengancam akan membunuh kedua orangtuanya.
"Namamu siapa dan berasal dari mana, amour?"
"Nara Clark Thompson. Asal AS."
Isaac terdiam. Keningnya mengernyit layaknya sedang berusaha mengingat sesuatu.
"Kau pewaris tunggal keluarga Thompson yang sangat terkenal di Amerika itu?"
Nara mengangguk penuh semangat.
Tatapan Isaac tiba-tiba menjadi sedatar tembok.
Nara kebingungan melihat perubahan Isaac namun gadis itu tetap mengunyah karena perutnya sangat lapar.
"Meskipun kau pewaris tunggal keluarga Thompson, jangan harap bisa lepas dariku karena mulai sekarang kau akan menjadi istriku," kata Isaac penuh penekanan.
Nara sangat senang mendengar penuturan Isaac karena pria itu masih mencintainya seperti dulu tapi ia berusaha menyembunyikannya.
"Kenapa kau ingin menikahiku? Apakah kau mempermainkan ku?"
"Aku menikahimu bukan karena ingin mempermainkan mu tapi karena jatuh cinta pandang pertama padamu." Jelas Isaac sungguh-sungguh.
"Baiklah. Aku mau menikah denganmu tapi ada syaratnya."
"Apa syaratnya?"
"Tidak pernah berselingkuh karena aku paling benci dengan laki-laki yang tidak setia."
Isaac tersenyum lebar. "Tenang saja. Aku tidak akan berselingkuh di belakangmu."
Nara mengerjap pelan sebelum akhirnya tertunduk.
'Semudah inikah?' Batinnya.
Nara merutuk dirinya sendiri karena di masa lalu membuat dirinya terjebak dalam drama buatannya dan berakhir menyedihkan.
Terkadang sesuatu yang sangat sederhana menjadi sangat rumit karena pemikiran sendiri.
Bersambung...
Follow gengs firza532
13/11/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband
RomanceDi akhir kehidupannya, Nara sangat menyesal telah meragukan Isaac dan lebih memilih George yang menghancurkannya tanpa sisa. Merebut hartanya dan membunuhnya. Namun, siapa sangka Nara kembali ke masa lalu. Lebih tepatnya saat dia diculik saat jalan...