Part 45🌹

32.5K 3.7K 167
                                    

Update lagi nih terkhusus buat kalian yang selalu rajin vote dan komen❤️❤️

Terima kasih sudah mendukung cerita Sweet Husband sampai sejauh ini🥰

Terima kasih sudah mendukung cerita Sweet Husband sampai sejauh ini🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbagai macam makanan sudah terhidang di atas meja. Tanpa basa basi, Nara langsung melahap semuanya secara bergantian. Membuat Isaac meringis heran melihat Nafsu makan istrinya yang semakin besar dibandingkan hari-hari sebelumnya.

Isaac pikir, setelah semua makanan di atas meja habis, Nara akan berhenti. Namun, nyatanya tidak. Nara menyuruhnya untuk memesan makanan lain karena masih merasa lapar.

Isaac tak berani berkomentar karena takut makanan akan melayang ke wajah tampannya. Membiarkan Nara makan sesukanya. Lagipula, ia tak akan jatuh miskin hanya karena memesan banyak makanan.

Jangankan membeli makanan, membeli pabrik makanan sekalipun tidak akan membuat Isaac bangkrut.

"Akhh! Leganya!!" Sorak Nara girang setelah menghabiskan semua makanan.

Isaac menyodorkan minuman ke Nara yang langsung diterima dan dihabiskan tanpa tersisa satu tetes pun.

"Kau tidak sarapan sebelum ke kampus, amour?" Heran Isaac.

Tadi, mereka memang berangkat terpisah karena Nara masuk jam 10 pagi.

"Tentu saja sarapan. Bisa mati aku kalau tidak makan sebelum belajar."

Isaac menggaruk kepalanya. Ia pikir Nara belum makan sampai segitunya tapi ternyata dugaannya salah.

"Kenapa? Heran melihat porsi makan ku? Takut jatuh miskin karena makan ku banyak?"

Isaac mencubit pipi Nara gemas. "Ya. Aku heran melihat porsi makanmu yang semakin banyak daripada biasanya. Memangnya kau tidak takut gendut?"

Nara mengalungkan tangannya ke leher Isaac seraya tersenyum menggoda. "Kau tenang saja. Istri cantikmu ini tidak akan pernah gendut karena dari dulu porsi makanku selalu gila-gilaan."

Wanita cantik itu terkekeh geli. "Sebuah keajaiban bukan? Di saat wanita lainnya akan gendut kalau makan banyak, aku malah tetap langsing. Seolah makanan yang ku makan tidak pernah nyangkut di tubuhku."

"Ya. Mungkin ini sebuah keajaiban untukmu."

Nara beringsut mendekati Isaac dan duduk di atas pangkuan suaminya. "Aku mengantuk." Adunya manja.

Isaac tersenyum geli. "Tidurlah kalau begitu." Mengelus punggung Nara lembut supaya istrinya cepat tertidur.

"Oh ya, jangan salah paham. Aku tidak terpesona pada ketampanan Logan karena bagiku, kau lah pria tertampan di dunia ini."

Hati Isaac langsung berbunga-bunga mendengar perkataan Nara.

Resah, gelisah, dan kecemburuan yang dirasakannya tadi menghilang seketika bagaikan debu yang ditiup angin.

****

Pintu ruang kerja Isaac tiba-tiba dibuka oleh seseorang. Menunjukkan seorang pria tampan berwajah panik yang tak lain tak bukan sekretaris Isaac. Martin, namanya.

"Isaac! Ada berita tentangmu! Kau harus segera melihatnya sebelum Nyonya Nara marah!"

Nara memicingkan mata curiga mendengar perkataan Martin. Lalu, tatapannya beralih ke Isaac yang juga tampak panik.

"Berita apa?!" Tanya Isaac tak sabar.

"Lihatlah ini!" Martin menunjukkan layar ponselnya ke Isaac sedangkan Nara mencari sendiri beritanya di internet.

"ISAAC ! SEJAK KAPAN KAU DITUNANGKAN DENGAN ZEFANYA?! KAU SEDANG MEMPERMAINKANKU, HAH?! BUKAN KAH KAU BILANG SEBELUMNYA TIDAK PUNYA HUBUNGAN APAPUN DENGAN WANITA LAIN?!"

Teriakan maha dahsyat Nara membuat kedua pria itu terkejut. Terutama untuk Martin yang sebelumnya tidak menyadari kehadiran Nara.

Martin merebut ponselnya dari Isaac. "Aku keluar dulu, pak bos. Selamat menenangkan macan mengamuk." Bisiknya sebelum kabur dari sana.

"ISAAC KING NELSON! KENAPA KAU DIAM SAJA?!" bentak Nara kesal seraya meremas bantal di pahanya.

Isaac bergegas mendekati Nara dengan tampang memelasnya. "Aku tidak punya hubungan apapun dengan wanita itu, amour."

Nara pun menuding wajah Isaac. "Bohong! Kalau kau tidak punya hubungan apapun dengan Zefanya, media tidak mungkin memberitakan kabar tentang kalian yang akan segera bertunangan."

Seluruh tubuh Isaac panas dingin lantaran takut setengah mati Nara salah paham dan berakhir meninggalkannya. Membayangkannya saja, Isaac sudah tidak sanggup.

"Dengarkan dulu penjelasanku, amour. Ini semua tidak seperti yang kau pikirkan."

Nara mengambil nafas dalam-dalam meskipun matanya sudah berkaca-kaca. "Sekarang jelaskan! Semuanya!"

Isaac menatap Nara sungguh-sungguh. "Aku dan Zefanya tidak memiliki hubungan apapun tapi keluargaku sudah menetapkan pertunangan untuk kami sejak kecil. Aku selalu menolak dengan tegas namun mereka tak pernah mempedulikannya. Mereka begitu egois. Hanya mempedulikan keuntungan mereka sendiri."

Nara mulai tenang mendengar penjelasan suaminya. Kesedihan dan kekesalan yang dirasakannya tadi langsung berganti dengan simpati.

"Karena menolak pertunangan yang mereka rencanakan, aku bahkan ditendang dari perusahaan milikku, amour."

Nara kian tertarik mendengar penjelasan Isaac.

'lumayan, sebagai bahan cerita' batinnya.

"Perusahaan yang berada di bawah kuasa ayahku sekarang sebenarnya adalah milik ibuku yang sudah meninggal. Entah apa yang pria tua itu lakukan sehingga semua warisan jatuh ke tangannya dan aku tidak mendapatkan satu persen pun."

"Maksudmu, perusahaan itu milik ibumu tapi sekarang ayahmu yang menguasainya dan kau tidak mendapatkan tempat sedikit pun di sana?"

"Benar. Pria tua itu mengambil alih semua milik ibuku dan menikmatinya bersama istri barunya."

Nara meringis kesal. "Pria macam apa itu?" Decaknya.

Aura Isaac kian menggelap. Tangannya mengepal kuat. "Pria serakah dan berhati iblis. Dulu dia berselingkuh dan mengabaikan kami demi selingkuhannya. Saat ibu meninggal karena dibunuh orang jahat, dia tidak merasa bersalah sedikit pun. Dia malah merasa bahagia. Mengambil alih semua kekayaan ibu dan menikah dengan selingkuhannya. Dia bahkan sudah punya anak bersama selingkuhannya dan dengan tidak tahu malunya, dia selalu memanjakan anak haramnya menggunakan harta ibuku. Sedangkan aku selalu disisihkan dan diabaikannya. Jika saja orangtua ibu tidak menolongku, sudah pasti aku akan menjadi anjingnya."

Di dalam sorot mata suaminya, Nara dapat melihat kepedihan dan amarah. Ia menjadi tidak tega melihat Isaac kembali mengorek kepahitan di masa lalunya.

"Aku melepaskan mereka karena ku pikir mereka tidak akan mengusik hidup baruku tapi ternyata dugaanku salah. Mereka tetap menganggu dan mengusik kehidupan baruku dengan mengungkit masalah pertunangan itu. Sekarang aku tidak bisa bersabar lagi, amour. Aku akan membalas mereka. Akan ku rebut lagi semua harta ibuku dan membuat hidup mereka sengsara," kata Isaac serius dan penuh ambisi.

Bersambung...

10/2/22

firza532

Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang