3 hari sebelum pernikahan~
Semua orang sibuk mempersiapkan acara pernikahan. Terutama untuk Isaac.
Berulang kali pria itu mengeceknya seolah takut melewatkan sesuatu. Tak jarang menyuruh para bawahannya untuk mengganti dekorasi yang terlihat tidak pas di matanya.
Sedangkan Nara hanya duduk santai di sofa seraya memperhatikan Isaac yang mondar mandir. Ditemani oleh cemilan yang dibelikan Isaac.
Nara terlalu malas untuk bersuara karena pada akhirnya, semua akan sesuai dengan keinginan Isaac juga. Jadi, daripada buang-buang tenaga, lebih baik dia jadi penonton yang baik.
Perempuan berambut pirang itu mengambil hp dalam saku celananya kala merasakan getaran. Pertanda ada orang yang menelponnya.
Krasnaya.
Orang itulah yang menelpon Nara.
Tanpa basa basi, Nara langsung mengangkatnya. Hendak bertanya alasan Krasnaya menelpon tapi gadis itu mendahului niatnya. "Halo! Kau dimana, Ra?"
"Di hotel xx. Memangnya kenapa?"
"Ohh, ternyata kau di hotel itu. Sedang apa di sana?"
"Mempersiapkan hari pernikahanku."
"Oh iya, aku sampai lupa. Pantas saja kau tidak datang ke kampus hari ini. Kenapa tidak mengabarkannya padaku? Kau membuatku cemas."
Nara meringis. "Maaf, aku lupa menghubungimu."
"Huh, tidak apa-apa. Aku ke sana sekarang juga!"
Nara mengerjap kaget. "Kenapa ke sini?" Tanyanya refleks.
"Astaga, Ra. Kau tidak senang aku ke sana?"
Nara terkekeh geli. "Bukan begitu. Aku bertanya karena heran."
"CK! Tentu saja aku ke sana karena ingin membantumu. Aku ingin memastikan persiapan pesta pernikahan sahabat baikku berjalan lancar." Dengkus Krasnaya.
"Baiklah. Datanglah ke sini. Aku menunggumu."
"Lalu, tempat acara pernikahanmu di lantai berapa?"
"Tanyakan saja ke resepsionis nanti, atas namaku dan Isaac."
"Oke. Aku tutup ya. Sampai jumpa."
"Iya."
Sambungan telepon terputus.
Nara menyimpan ponselnya ke dalam saku kembali.
"Siapa yang menghubungimu, amour?" Pertanyaan bernada posesif Isaac membuat perempuan itu mengulum senyum.
"Siapa ya?" Godanya.
Isaac menatap Nara datar. Berjalan mendekati Nara. Duduk di samping Nara dan mengangkat Nara begitu saja ke atas pangkuannya.
Nara memeluk leher suaminya manja dan tersenyum menggoda. "Coba tebak dengan siapa aku menelpon."
Isaac menyentil kening Nara pelan. "Aku tidak ingin menebak-nebak. Cepat katakan atau aku akan menciummu sampai kau kehabisan nafas?"
Nara menggeleng. "Tidak seru kalau aku langsung menjawab."
Alis Isaac naik ke atas. "Jadi, kau ingin dicium sampai kehabisan nafas?"
Nara tersenyum miring. "Sepertinya bisa dicoba. Aku penasaran sehebat apa ciumanmu sampai membuatku kehabisan nafas." Tantangnya.
Isaac melotot tidak percaya. "Baiklah, aku akan membuktikannya padamu. Jangan menyesal."
Nara bangkit secepat kilat dari atas pangkuan Isaac sehingga pria itu tak bisa menciumnya.
"Kenapa malah kabur? Kau takut, amour?" Ledek Isaac.
"Bukan takut tapi berubah pikiran." Tawanya.
Isaac menggelengkan kepala tak berdaya. "Terserah kau saja, amour." Pria itu bangkit dari sofa. Kembali mengawasi kerja para bawahannya. Begitu pun dengan Nara yang kembali duduk santuy di sofa.
Kini, gadis cantik itu merekam suasana di sana. Berniat mengabadikan moment berharga yang hanya terjadi satu kali seumur hidup.
Tak lama setelahnya, Krasnaya pun datang seraya membawakannya makanan.
"Persiapannya hampir selesai. Aku jadi tidak sabar menunggu hari pernikahanmu. Kau pasti cantik dalam balutan gaun pengantin. Begitu pun dengan Tuan Isaac yang terlihat sangat tampan dalam balutan tuxedo nya." Wajah Krasnaya tampak berbinar-binar kala mengatakan hal itu, membuat Nara terkikik geli.
"Maka dari itu, jangan sampai melewatkan hari pernikahan kami. Apapun yang terjadi, kau harus datang."
Krasnaya tersenyum miring. "Tentu saja aku akan datang, Ra. Aku tidak mungkin melewatkan moment idolaku menikah dengan sahabatku."
"Tapi, ku harap kau tidak menangis di hari pernikahanku. Aku takut suasana ceria dan menyenangkan yang tercipta malah rusak karenamu." Celetuknya.
Krasnaya mengerucutkan bibir kesal. "Aku tidak mungkin menangis melihat idolaku menikah dengan sahabat terbaikku."
Nara menyenggol lengan Krasnaya iseng. "Jangan sampai lupa dengan perkataanmu hari ini."
Krasnaya mengibaskan rambut songong. "Aku tidak mungkin lupa."
Nara terbahak.
"Oh ya, kau tidak membantu Tuan Isaac? Ku lihat dari tadi Tuan Isaac terus mondar mandir seperti cacing kepanasan."
"Malas. Aku cukup jadi penonton saja."
"Padahal, kalau aku yang menjadi dirimu, aku pasti akan lebih Heboh daripada Tuan Isaac." Kekeh Krasnaya seraya menatap Isaac lurus.
Bersambung...
29/12/21
Masih semangat nunggu udpate atau aku tamatin aja secepatnya?👀
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband
RomanceDi akhir kehidupannya, Nara sangat menyesal telah meragukan Isaac dan lebih memilih George yang menghancurkannya tanpa sisa. Merebut hartanya dan membunuhnya. Namun, siapa sangka Nara kembali ke masa lalu. Lebih tepatnya saat dia diculik saat jalan...