Vote dulu sebelum baca pren🌟
Krasnaya mengerutkan kening heran melihat sahabatnya diikuti oleh banyak bodyguard semenjak keluar dari kampus.
Kesannya Nara seperti hendak mengajak orang tawuran. Padahal kan mereka hanya pergi ke cafe. Itu pun letak cafenya sangat dekat dengan kampus. Hanya perlu menyebrangi jalan raya dan akan langsung sampai di sana.
Walaupun heran bukan main, Krasnaya tetap mengikuti langkah Nara. Namun terkadang ia juga curi-curi pandang ke arah Nara dan para bodyguard secara bergantian. Tanpa dapat ditahan, ia bergidik ngeri.
Seolah mengerti arti tatapan Krasnaya, Nara pun terkekeh pelan seraya menggandeng lengan Krasnaya dan memasuki cafe. "Jangan tegang. Nanti aku jelaskan kepadamu tentang apa yang terjadi padaku."
Krasnaya mengangguk mengerti meskipun masih was-was melihat bodyguard Nara ikut duduk di sekeliling mereka.
Gadis cantik itu merasa seperti tawanan perang yang siap dibunuh dan dimusnahkan kapan saja. Mengerikan. Ia menelan ludah kasar dan bergerak tak nyaman.
Sementara itu, Nara begitu santai. Memesan banyak makanan untuk dirinya dan Krasnaya. Tidak terganggu sama sekali oleh kehadiran para bodyguard.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Ra? Kenapa kau diikuti banyak bodyguard? Atau jangan-jangan kau berusaha kabur dari rumah, makanya Tuan Isaac menyuruh bodyguard untuk mengawasimu? Apa itu alasanmu tidak hadir di kampus kemarin?" Tebak Krasnaya tak tahan. Rasa penasarannya harus dituntaskan sekarang juga.
Nara tertawa kecil. "Bukan."
Krasnaya memicingkan matanya heran. "Lalu, apa alasannya?"
Nara bertopang dagu seraya tersenyum manis ke arah Krasnaya. "Coba tebak."
Krasnaya memutar bola mata malas. "Oh ayolah. Aku tidak tertarik untuk main tebak-tebakan sekarang." Ketusnya.
Nara terbahak. "Baiklah. Maafkan aku, Krasnaya cantik. Jangan ngambek. Nanti cantiknya hilang dan membuat Pak Galih berpaling."
Krasnaya menatap Nara datar.
Menyadari hal itu, Nara terkekeh pelan. "Sebenarnya aku sedang hamil. Makanya Isaac menyuruh para bodyguard untuk menjagaku. Isaac tidak tenang jika membiarkanku ke luar rumah tanpa pengawasan. Katanya takut terjadi sesuatu yang buruk padaku dan bayiku."
Krasnaya mengerjap kaget. "Kau hamil?"
"Iya."
"Wah! Selamat!" Sorak Krasnaya heboh.
"Sudah berapa Minggu usia kandunganmu?"
"Tujuh Minggu."
"Wow. Sudah lama juga ternyata. Tapi, kenapa baru sekarang ketahuannya ya?" Krasnaya mengetuk dagunya seraya berpikir keras.
"Mungkin karena bayi di dalam perutku kalem. Makanya aku tidak merasakan tanda-tanda kehadirannya." Kikik Nara.
"Memangnya selama ini kau tidak mengalami morning sickness seperti ibu hamil lainnya?" Tanya Krasnaya kepo.
"Tidak."
"Kalau ngidam?"
Nara mengangguk. "Pernah tapi aku tidak menyadarinya kalau aku sedang ngidam."
"Oh ya, bagaimana dengan kuliahmu? Lanjut atau berhenti?"
"Tentu saja lanjut."
"Memangnya Tuan Isaac tidak melarangmu melanjutkan kuliah?"
"Awalnya iya tapi..."
Selanjutnya, mengalir lah cerita dari Nara. Dia menceritakan semuanya pada Krasnaya tanpa terkecuali. Bahkan saat makanan terhidang kan pun mereka tetap bercerita.
Inilah tujuan utama Nara mengajak Krasnaya ke cafe. Wanita cantik itu ingin curhat supaya hatinya terasa lebih lega.
Terkadang, bercerita pada orang lain sangat ampuh untuk meringankan beban pikiran.
Dan Nara beruntung memiliki pendengar yang baik seperti Krasnaya. Pendengar yang bisa memberinya saran dan masukan tanpa mencela dan menyalahkan keputusannya.
"Hai, Nara! Boleh gabung?"
Nara berhenti bercerita dan menoleh ke asal suara.
Ternyata itu Logan.
Pria yang menurutnya menyebalkan karena selalu mengejar-ngejarnya meskipun sudah tahu dirinya telah menikah.
Lama-lama, dimatanya, Logan sama seperti George. Penganggu ulung dan pria tidak tahu malu.
"Tidak boleh." Sahut Krasnaya.
"Aku tidak bertanya padamu." Sahut Logan malas.
Krasnaya memicingkan mata kesal. "Aku juga punya hanya untuk menolak karena aku yang lebih dulu bersama Nara di sini."
"Aku tidak peduli." Logan duduk di samping Nara dan menatap Nara memuja.
"Kenapa kau tidak masuk ke kelas kemarin, Ra?"
Nara menggeser kursinya menjauh dari Logan. "Karena aku ke dokter kandungan bersama suamiku." Jawabnya penuh penekanan. Berharap Logan sadar dan menyerah akan dirinya.
"Dokter kandungan? Siapa yang hamil?"
Nara menghela nafas kasar. "Tentu saja aku yang hamil. Memangnya siapa lagi? Masa suamiku yang hamil?!"
Krasnaya terbahak mendengar jawaban Nara sedangkan Logan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Maaf kalau aku terkesan kejam, Logan. Bisakah kau pergi dari sini sekarang juga? Takutnya nanti suamiku datang dan mengamuk padamu."
Logan mengulum senyum. "Kau mengkhawatirkanku, Ra?"
Nara tersenyum masam. "Untuk apa aku mengkhawatirkanmu. Aku hanya ingin menghindari perselisihan tidak berarti."
"Ingatlah satu hal, Logan. Aku dan Isaac sudah menikah. Bahkan kami sudah punya bayi. Jadi, lebih baik kau membuang perasaanmu jauh-jauh padaku daripada semakin tersakiti. Masih banyak gadis single yang cantik dan sexy di dunia ini. Kau bisa mendekati mereka dan mereka pasti akan menerimamu dengan tangan terbuka."
Logan menatap Nara dalam. "Tapi, bagaimana kalau aku hanya menginginkan dirimu?"
Krasnaya menatap Logan dan Nara bergantian bak sedang menonton film langsung.
"Lancang sekali kau menginginkan milikku!" Sahut Isaac yang tiba-tiba muncul. Nada suaranya begitu dingin dan penuh intimidasi.
Bersambung...
16/2/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband
RomanceDi akhir kehidupannya, Nara sangat menyesal telah meragukan Isaac dan lebih memilih George yang menghancurkannya tanpa sisa. Merebut hartanya dan membunuhnya. Namun, siapa sangka Nara kembali ke masa lalu. Lebih tepatnya saat dia diculik saat jalan...