Di akhir kehidupannya, Nara sangat menyesal telah meragukan Isaac dan lebih memilih George yang menghancurkannya tanpa sisa. Merebut hartanya dan membunuhnya.
Namun, siapa sangka Nara kembali ke masa lalu. Lebih tepatnya saat dia diculik saat jalan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah menghabiskan waktu cukup lama, akhirnya jet pribadi Isaac mendarat. Mereka telah sampai di Amerika, tanah kelahiran Nara.
Wanita cantik di samping Isaac sangat bersemangat. Matanya berbinar lantaran sudah lama tak pulang ke negara tercintanya. Ia rindu. Rindu pada setiap moment di sini. Keluarganya, sahabatnya, dan teman-teman kampusnya.
Nara menghela nafas pelan saat teringat sesuatu. Wajahnya kembali muram.
Ekspresi Nara tak luput dari pandangan Isaac. Menghadirkan tanda tanya besar dalam diri pria tersebut.
Lantas di dekatinya Nara. Merangkul bahu Nara dan melayangkan kecupan singkat di kepala Nara. "Kenapa kau terlihat sedih? Apa yang menganggu pikiranmu?"
Nara membalas pelukan Isaac dan menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami. "Aku tiba-tiba teringat bahwa aku sudah kehilangan semua sahabat dan temanku selama berada di London."
"Kenapa kau berpikiran demikian?"
"Karena mereka tak pernah menghubungiku satu kali pun."
"Sudahlah. Lupakan saja mereka. Bukan kah sekarang kau sudah punya Krasnaya sebagai sahabatmu?"
Nara tersenyum kecil. "Kau benar. Aku masih punya Krasnaya."
Isaac mendekap Nara gemas. "Mulai sekarang jangan memasang wajah sedih lagi. Kau tidak ingin aku disangka berbuat jahat kepadamu oleh orangtuamu, 'kan?"
Nara terkekeh geli.
Isaac melepaskan pelukannya melihat keadaan hati Nara telah membaik. "Ayo turun." Ajaknya.
Nara mengangguk.
Keduanya pun menuruni jet pribadi.
Para bawahan Isaac menyambut kedatangan keduanya. Lantas membawa sepasang suami istri itu ke mobil yang telah disiapkan sejak awal.
Lalu, mobil pun meluncur menuju rumah sakit Daddy Nara dirawat.
Di dalam mobil, Nara tak henti-hentinya tersenyum mengingat akan bertemu secara langsung dengan kedua orangtuanya.
Sudah lama ia tak melihat orangtua tercintanya. Nara sangat merindukan mereka. Ingin bertemu dan memeluk erat mereka.
Isaac yang melihat wajah tak sabar Nara hanya bisa terkekeh geli. Namun, dia tak menginterupsi Nara. Membiarkan istri cantiknya itu tenggelam di dalam dunianya sendiri.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di rumah sakit tujuan.
Nara menyeret Isaac penuh semangat menuju ruangan Daddy nya di rawat.
Setibanya di dalam ruangan, Nara melepaskan pelukannya di lengan Isaac dan berlari menghampiri orangtuanya. "Aku pulang!!"
Kedua orangtua Nara menoleh. Mata mereka melotot kaget tapi tak lama setelah itu, mereka pun tersenyum bahagia.
Nara memeluk mommy nya lembut. "I Miss you, mom."
"I Miss you too, honey." Balas mommy Nara bergetar.
Mendengar nada lirih dan sedih sang mommy, Nara pun menjadi ikut sedih. Wanita cantik itu melepaskan pelukannya dan menatap mommy sendu. "Maaf, mom. Aku baru bisa pulang sekarang."