PROLOG

26K 797 9
                                    

Hallo

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Laki-laki berbalut hoodie abu-abu meraup wajahnya kasar, mulutnya tak henti merintih merasakan panas di sekujur tubuhnya. Napasnya tersengal bersamaan dengan gejolak yang semakin membuat tubuhnya meronta.

"Bedebah sialan!" umpatnya tertahan.

"ARGHH"

Teriakannya terdengar menggema keras, matanya menyorot tajam ketika suara yang terdengar sedikit lirih seolah menimpali teriakannya.

Kaki laki-laki itu berjalan gontai, namun sedikit tersekok mendekati asal suara. Samar terlihat lekuk tubuh yang semakin membuat remaja laki-laki itu menggerang.

"Persetan! Gue nggak tahan!" geram laki-laki itu berjalan mendekati perempuan yang memeluk tubuhnya sendiri, sesekali terlihat mengelus lengan yang terbalut cardigan.

Sorot mata laki-laki itu tidak beralih sedikitpun dari perempuan yang menundukkan kepalanya dengan tangan yang menagkup kepala. "Tolong, siapapun di sana, tolong," lirih perempuan itu yang masih dapat didengar samar-samar.

Pekikkan perempuan itu terdengar bersamaan dengan laki-laki yang menarik kasar lengannya. "Aws, tolong! Sakit, lo siapa?!"

Seolah tuli, laki-laki yang semakin meredupkan matanya itu mencengkram kuat pergelangan tangan perempuan yang tidak ia ketahui asal usulnya.

"Tolong lepasin, gue mau pulang," isak perempuan yang kini sesegukan merontakan tangannya.

Tanpa berhenti dan melepaskan cengkeramannya, laki-laki berderai keringat di pelipisnya itu membentak kecil. "Diam sialan! Gue cuma butuh-"

"Arghh! Jangan coba-coba minta ampun!" potong laki-laki itu ketika pergelangan tangannya digigit kuat oleh perempuan yang tidak dikenalnya itu.

Sumpah serapan hingga umpatan sudah pasti terlontar sempurna dalam batin keduanya, bukan hanya salah satunya. Melainkan keduanya sama-sama merasakan keterdesakan yang berbeda.

"Lo cukup diem! Tutup mulut sampah lo!" Sekujur tubuh perempuan itu bergetar hebat ketika mendengar lontaran dan ketika tatapannya tidak sengaja bertemu dengan netral tajam yang semakin menggelap milik laki-laki itu.

Tidak berlangsung lama ketika laki-laki itu mendorong perempuan yang tidak dikenalnya kedalam sebuah rumah kecil, tampak rumah itu sedikit terawat meski terlihat terbengkalai cukup lama.

Isak tangis terus melambai memenuhi pendengaran. "Lepasin gue, hiks, gue mau pulang," ronta perempuan itu semakin melemah.

"Bacot, anjing! Ahh, jangan berontak!" dengus laki-laki itu menggerang merasakan panas yang semakin menguasai tubuh atletis miliknya.

Di bawah gelapnya malam yang berteman dengan sunyi, akan menjadi satu-satunya saksi sebuah perjalanan yang entah itu akan beranjak menjadi sebuah kebahagiaan atau justru menjadi sebuah kehancuran di masanya nanti.



Hai! Salam kenal, yaa

°

Terimakasih sudah mampir baca ceritaku

Jangan lupa vote and komen yaa

🌼 See you next part 🌼

2 Februari 2022

CAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang