19~CAGARA

4.1K 230 52
                                    

Hallo

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Hari Sabtu menjadi hari paling habis semangat, karena ingin mendapat luang waktu libur di kemudian hari. Tak banyak yang terlambat, namun diantara mereka terdapat laki-laki berwajah tegas yang ikut berdiri untuk mendapat hukuman.

Laki-laki pemilik nama Cagara Khalafa Daeirlangga itu menatap malas ketua OSIS yang sialnya juga temannya sendiri.

"Tulis alasan terlambat," ujar Devin memberikan jurnal data siswa yang terlambat berserta bolpoin.

Cagara yang menunduk sontak mengangkat dagunya, menatap malas temannya yang sedang dalam mode serius. "Tulisin, sama kaya biasa," balasnya.

"Manja kayak anak mama, tulis sendiri," ujar Devin tak mau kalah.

Sayang, Cagara justru berdecak kesal dan terkekeh hambar. "Mama gue udah mati, kayaknya," lontar laki-laki itu. "Buru tulisin," lanjutnya.

Untung hanya mereka berdua yang mendengarnya. "Masih pagi udah gelap aja, efek mendung kayaknya," timpal Devin.

"Banyak bacot!" semprot Cagara sebelum melenggang pergi.

Devin yang menyadari itu sontak menarik tas teman terbandelnya itu. "Heh! Enak aja, lari dulu atau lo mau bersihin gudang olahraga?" cegah cowok itu.

Terlanjur kepalang kesal, Cagara melempar tasnya tepat mengenai wajah Devin. Setelahnya berlari mengikuti beberapa siswa yang juga terlambat sepertinya.

Bel akhir istirahat pertama Cagara baru kembali ke kelasnya. Mendapati sepasang mata yang memperhatikannya sesekali fokus pada buku.

"Mau gue colok mata lo?" sarkas Cagara, dilihatnya Tama mengendikkan bahunya acuh. Tidak perduli, laki-laki itu membuka ponselnya dan memainkan benda pipih itu.

"Wohoo, dari mana aja lo? Baru masuk sekarang, enak banget skip mapel si dekil," ucap Zeifan ditujukan pada Cagara.

Devin mengambil duduk di sebelah Cagara, yang memang di situ tempatnya. "Lo masih cek-cok sama itu orang?" tanyanya berbisik pada Cagara.

Sontak mendapat tatapan tajam dari sang empu, Devin menatap Cagara dan Tama bergantian dengan mata yang menyipit. "Kalian kenapa, sih? Tekanan batin gue sama Zei, baekan napa?" decak Devin menatap Zeifan meminta dukungan, justru hanya dibalas gumaman.

Zeifan mengetuk dagunya beberapa kali. "Mumpung malming, nanti kita selesain semuanya di rumah Gara. Gimana?" sarannya memintanya persetujuan tiga temannya.

"Ajak cewek itu juga, biar semua jelas. Okelah, kita belum begitu lama kenal dan semua punya privasi. Tapi kalau jadinya gini, emang kalian masih mau nutupin itu dan mempertahankan ego?" lanjut cowok itu, matanya yang sedikit sipit itu menatap serius kedua temannya yang termenung.

CAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang