22~CAGARA

3.3K 216 279
                                    

Hallo

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Mengingat hari senin ini merupakan upacara peresmian dan pastinya akan lebih lama dan mengulur waktu upacara. Cagara dan kedua temannya memilih untuk membolos.

"Gimana semalam?" tanya Tama setelah mendudukkan dirinya pada bangku depan warung mang Edy.

Cagara menoleh heran. "Gue? Kenapa?"

Tama mendengus, mengendikkan bahunya acuh. Semburan tawa terdengar nyaring, Zeifan menepuk kencang bahu Tama.

"Pertanyaan lo, gila. Gokil pffttt," ucap Zeifan menahan semburan tawanya.

Detak jantung Cagara berpacu, juga pikirannya yang bersalut resah. Alisnya tertaut dalam, memaksa untuk mengingat apa yang terjadi semalam.

"Hahahaha, gue juga nggak tau. Nggak usah lo pikirin," potong Zeifan terkekeh melihat respon Cagara.

Cagara berdecih, matanya menyorot kesal. "Sialan!" gumamnya. Yang diingat hanya dirinya yang terbangun dengan kain kompres di dahinya dan lengan kekarnya yang memeluk posesif perut Killa, pagi tadi.

Menggebrak pelan meja di depannya, Cagara beranjak dan menyempatkan mengambil satu gorengan sebelum benar-benar meninggalkan Warmangdy.

"Heh, mau ke mana lo, kunyuk?!" teriak Zeifan, tidak mendapat balas. Cagara tetap acuh dan melanjutkan jalannya. "Enakan di sini malah cabut!" decaknya.

"Halah! Waktu itu siapa yang bilang nggak akan bolos waktu peresmian?" tanya Tama pada Zeifan yang kini cengegesan dibuatnya.

Laki-laki berandal itu memilih merebahkan tubuhnya di rooftop, hingga bel istirahat pun tidak mengusik laki-laki itu dalam tidurnya.

Padahal kantin baru yang merupakan kantin gabungan menjadi sasaran siswa di jam istirahat pertama ini.

Di antara ramainya kantin, Killa berjalan sendiri membawa pop mie dan sekotak susu rasa pisang kesukaannya. Matanya menangkap Tama yang baru saja mendudukkan dirinya di bangku paling pojok.

"Misi, gue boleh gabung?" tanya Killa mengalihkan atensi tiga cowok di depannya.

Seulas senyum Devin perlihatkan. "Aduh, neng geulis dari SMA MERDEKA?" tanyanya dibalas anggukan.

"Duduk," potong Tama ketika Devin hendak berujar kembali.

Killa menganggukkan kepalanya singkat. "Gue ada perlu juga sama kalian," ujar Killa, matanya menyipit melihat sekitar.

"Nggak ada Gara," celetuk Tama membuat Killa tersenyum canggung. "Makan dulu," potongnya kembali ketika Killa hendak membalas sembari meniup mie nya yang menguap.

CAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang