Hallo
•
•
•
Perdebatan kecil terus terdengar, semburat merah padam di kedua raut muka dua remaja semakin terlihat. Tatapan permusuhan saling terlempar, menyisakan napas tidak beraturan.
Cagara menentengkan tangannya di pinggul, menatap tajam Killa yang juga menatapnya kesal dari meja belajar.
"Kenapa, sih? Sehari aja biarin gue diem, capek gue sama tingkah dan sikap lo," ujar Killa membuka suara di antara keheningan yang ada.
Hormonnya yang naik turun membuatnya sulit mengendalikan apa yang terlontar. Sedangkan Cagara beralih bersedekap dada sembari menyandarkan punggungnya pada tembok sebelah pintu.
"Gue cuma minta cookies alpukat sama brownies tomat," balas Cagara. "Nggak sebanding sama nampung lo," lanjutnya sedikit menarik sebelah ujung bibirnya.
Killa mengacak gusar surainya yang tergerai. "Aneh aja! Nggak masuk akal banget brownis tomat," gumamnya. Namun, masih dapat terdengar oleh Cagara.
"Apa?!" balas Cagara sembari melototkan matanya.
"Ipi," tiru Killa. Sedikit memancing kekesalan laki-laki yang melempar tatapan tajam kearahnya.
Tidak perduli, Kila lebih memperdulikan buku tebal dan rangkumannya. Lebih baik menyelesaikan satu urusannya dahulu dari pada harus menunda dan berujung tidak selesai. Olimpiade sudah di depan mata, kegigihannya semakin besar untuk kompetisi terakhirnya.
Berbeda dengan Cagara yang mulai beranjak, rautnya terlihat kesal. Tidak tahu barang apa, Cagara menendangnya keras hingga menimbul suara.
"Cewek itu! Ashh, awas aja!" dengus laki-laki itu.
Cagara kini sudah berada di rumah Mizhan, merusuh bertanya ini dan itu membuat anak sedikit gembul itu kesal.
"Apa, sih, bang? Mami Papi pulangnya tiga hari lagi, kata Mami di dapur mau buat apa aja bisa, gas nya juga masih banyak," celoteh Mizhan yang terdengar malas.
Anak itu merebahkan tubuhnya pada sofa ruang tamu, ekor matanya melirik sekilas pada Cagara. "Kalau ada apa-apa pasti juga minta tolong bang Gara," sambung anak itu.
"Gue di sini, ya? Ntar mau apa bilang gue," ujar Cagara.
Walau matanya menatap layar televisi yang menayangkan bocah kembar botak, siapa sangka anak itu tengah berpikir akan tawaran yang Cagara berikan. Mencari keuntungan.
Gebrakan yang sedikit kencang membuat Cagara hampir terhuyung. Mizhan menatap binar pada Cagara sembari mengangkat sebelah ujung bibirnya.
Cagara berwas-was melihat itu, pasti ada yang tidak beres. "Classic dark chocolate cake sama tiramisu cup. Itu aja, bang," ujar anak itu pada Cagara.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAGARA
Short Story"CEWEK SIALAN! Berani banget Lo sama gue!" Ya, kurang lebih umpat seperti itu selalu lolos setiap harinya dari bibir seorang CAGARA KHALAFA DAEIRLANGGA. °°° Kejadian malam itu merubah segalanya bagi dua remaja berbeda gender. °°° Kehidupan yang abu...