21~CAGARA

4.2K 253 38
                                    

Hallo

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Terdengar suara gaduh dari rumah sederhana dengan latar yang terlihat sejuk. Di dalam sana wanita paruh baya tengah berdecak kesal merutuki cucunya yang baru saja pulang dari rumah sakit bersama istri dan teman-teman laki-laki itu.

Nenek Willya berkacak pinggang, menatap begis cucu kesayangannya. "Siapa yang nyuruh balapan? Kalau udah kejadian mau gimana lagi?" runtut wanita paruh baya itu.

Empat remaja yang mendengarnya hanya bisa menelan salivanya. "Namanya juga udah kejadian, ya mau gimana?" balas Cagara santai.

Teman-teman Cagara hanya bisa merutuki mulut bodoh temannya itu, mereka tau apa yang akan terjadi setelahnya. "Cucu nakal! Mau apa kamu?!" gertak nenek Willya sembari memukul pelan bibir Cagara menggunakan punggung tangannya, sedangkan kakinya menendang pelan bagian kaki Cagara yang terlihat sakit.

Killa meringis ngilu, tidak menduga dengan apa yang dilakukan nenek nya itu. "Nek! Udah bau tanah jangan kebanyakan main tangan, sama cucu sendiri kasar," dumel Cagara, menatap kakinya yang semakin terasa ngilu.

Mencibir pelan, Cagara memilih berjalan menuju ruang gamenya. Laki-laki itu merebahkan tubuhnya pada sofa tanpa memperdulikan perban di kakinya yang merembes darah.

"Allahuakbar! Baru juga dari rumah sakit, itu darah udah merembes aja," heboh Zeifan menatap tidak percaya pada balutan perban di kaki Cagara.

Devin bersama Tama yang baru saja tiba memejamkan matanya kaget. "Neng geulis! Paksu lo kakinya patah!" teriak Devin, mengundang tatapan tajam dari Tama yang merutuki bibir tipis itu.

Bukan hanya Killa, nenek Willya juga sigap menghampiri Cagara. "Jangan lari-lari! Inget kandungan lo!" sarkas Tama menatap tajam Killa.

Degup jantung Killa semakin berdetak cepat, matanya beralih menatap Cagara yang memejamkan matanya.

"Bacot lo semua! Pulang!" decak Cagara masih memejamkan matanya.

Killa sudah beranjak mencari perban baru untuk luka Cagara. Kali ini berlari kecil, tidak mau mendatangkan pertikaian baru.

Sekembalinya Killa, tampak nenek Willy tak henti-henti mengomeli Cagara yang terlihat tidak perduli.

"Sudah tau neneknya tua, nggak bisa apa-apa, segala bertingkat enggak-enggak. Kalau nenek nggak ada, siapa yang mau rawat sama obatin kamu yang bandel? Untung sekarang udah ada istri kamunya," omel nenek Willya sebelum melenggang dengan raut wajah yang tampak kecewa.

"Hayo, Gar. Nenek ngambek, mampus lo," ujar Devin memanas-manasi Cagara.

Killa menatap bingung empat cowok di depan sana. "Misi, mau ganti perban," canggung perempuan itu sekaligus takut Cagara tidak mau diganti perban olehnya.

CAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang