"CEWEK SIALAN! Berani banget Lo sama gue!" Ya, kurang lebih umpat seperti itu selalu lolos setiap harinya dari bibir seorang CAGARA KHALAFA DAEIRLANGGA.
°°°
Kejadian malam itu merubah segalanya bagi dua remaja berbeda gender.
°°°
Kehidupan yang abu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seperti biasa, Killa pulang saat jarum jam terhenti pada pukul delapan. Akhir-akhir ini perempuan itu tidak lagi pulang hanya menggunakan seragam sekolah, celana panjang juga sweater mengganti posisi seragam sekolahnya.
"Assalamu'alaikum," salam Killa begitu menyadari ada Nenek dan Cagara yang sedang mengobrol sembari menikmati siaran televisi.
Kedua insan yang semula mengobrol santai itu, kini mengalihkan perhatiannya dan menjawab pertanyaan dan salam perempuan yang tengah berjalan mendekat.
"Kamu ini, Nenek nggak marah bukan berarti Nenek nggak masalah kamu terus-terusan pulang malam," omel Nenek Willya, tampak Killa meringis mendengarnya.
Cagara menegakkan tubuhnya, melirik sekilas ke arah Killa. "Mentang-mentang cuma di tegur waktu itu," timpalnya.
"Kamun tahu, kan, kamu itu nggak sendirian. Mau jadi apa kamu udah mengandung gitu masih pulang malam. Ada kamu ijin pulang larut ke cucu Nenek?" runtut Nenek Willya.
Killa menundukkan kepalanya, hatinya berkecambuk. Perkataan Nenek memang benar adanya. Dibalik itu semua juga dirinya bukan berniat keluyuran.
"Lo enak pergi tinggal pergi, pulang semaunya. Mana tau Nenek ngomel nyalahin gue," ujar Cagara ikut kesal.
Nenek Willya menghela napasnya melihat kedua remaja labil yang tengah berdebat kecil. "Sudah, biarkan Killa masuk. Bersihkan dirimu, kalau belum makan nanti langsung makan," potong Nenek menengahi.
Setelah badannya terasa lebih sehat dan perutnya terasa kenyang, Killa kini berkutat pada buku-buku yang tertumpuk di meja belajar Cagara.
"Sekalian kerjain tugas gue, cari aja di deket buku lo," ujar Cagara yang berbaring memainkan ponselnya.
Dua jam Killa sibuk menyelesaikan belajarnya dari lembar ke lembar, dan memahami materi dari buku ke buku. Ototnya terasa kebas, bibirnya juga tak henti terbuka karena menguap.
Melirik sekilas pada ranjang, Killa hanya menghela napasnya begitu melihat Cagara yang masih memainkan gawainya.
Cagara menoleh ketika merasakan pergerakan di sampingnya. "Tugas gue selesai? Awas aja ada yang kurang," ujarnya.
"Tugas apa?" tanya Killa tidak mengerti.
Membulatkan matanya tajam, Cagara mendudukkan dirinya. "Lo budek? Kata gue kerjain tugas gue yang di meja!" kesalnya menatap tajam Killa.
Menggaruk alisnya yang tidak gatal, Killa menatap lelah laki-laki yang juga menatapnya. "Loh? Bukannya tadi nyuru temen lo? Orang tadi sambil mainin handphone," balas Killa mengerutkan alisnya bingung.