"CEWEK SIALAN! Berani banget Lo sama gue!" Ya, kurang lebih umpat seperti itu selalu lolos setiap harinya dari bibir seorang CAGARA KHALAFA DAEIRLANGGA.
°°°
Kejadian malam itu merubah segalanya bagi dua remaja berbeda gender.
°°°
Kehidupan yang abu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hampir lima belas menit Tama terus berusaha untuk membujuk Killa agar mau membukakan pintu. Pikiran cowok itu benar-benar terisi penuh oleh pertanyaan-pertanyaan yang sedikit menganggu. Baginya Killa adalah salah satu perempuan yang paling dia sayang setelah mami nya.
Sorot mata Tama berubah tajam dan dingin. Cowok itu memilih kembali menghampiri ke tiga temannya. "Lo ada hubungan apa sama dia?" tanyanya menetap penuh intimidasi pada Cagara yang justru terlihat acuh saja.
Cagara mengangkat sebelah alisnya. "Lo tau maksud gue!" sarkas Tama.
Tampak tak minat menjawab, Cagara memilih melenggang keluar. Meninggalkan Tama yang memperhatikan gerak-geriknya dengan tatapan yang sulit diartikan. Dan kedua temannya yang sedari tadi saling tatap, seakan saling melempar pertanyaan melalui telepati.
"Cagara!" panggil Tama semakin menajamkan sorot matanya. Tama menggeram ketika tidak mendapat balasan bahkan tak diindahkan sedikitpun oleh laki-laki yang berjalan keluar rumah dengan umpatan kesal yang keluar dari bibir tebal laki-laki nakal itu.
Menggeram kesal. "CAGARA KHALAFA DAEIRLANGGA!" teriak Tama, tampak raut cowok itu yang semakin memerah padam. Seakan-akan siap meletuskan lahar yang diikuti wedus gembel.
Devin memegang dadanya kaget, cowok itu cengo mendengar suara lantang Tama yang belum pernah dirinya dengar.
"Padahal gue tadi habis ketemu sama itu cewek," bisik Devin pada Zeifan yang kini menatapnya penuh desak.
Zeifan terlihat tertarik dengan bisikan Devin. "Mukanya nggak asing," kata cowok itu berlaga mengingat-ingat serpihan kilas tentang perempuan itu.
"Dia yang waktu itu di acara sepupu gue," serobot Devin membuat Zeifan menatap penuh binar.
"Cewek sialan!" gumam Cagara, tentu tidak dapat didengar oleh ketiga temannya.
Cagara lebih tertarik untuk menghampiri motornya dari pada mendengarkan teriakan Tama dari dalam sana.
"Bangsat!" umpat Cagara.
Belum sempat menstater motornya, Tama terlebih dahulu mencabut kunci motor milik Cagara. Tentu semakin memancing amarah laki-laki itu. Terbukti dengan adanya sorot tajam, menandakan siap memangsa target yang menyerahkan diri kepadanya.