Hallo
•
•
•
Sedari pulang dari cafe, Killa tidak melihat adanya Cagara. Tidak mau menambah beban memikirkan di mana laki-laki itu, Killa sudah terbebani dengan kelakuan Cagara. Niat Killa sesampainya di rumah ingin mengistirahatkan dirinya. Namun, harus dibuat banyak bersabar melihat kamar Cagara sangat amat berantakan.
Peluh di pelipis Killa mulai bercucuran, tangannya terasa kebas karena terus bekerja. Sembari mendudukkan dirinya di bangku meja belajar, Killa beralih membersihkan meja yang penuh dengan buku dan beberapa barang-barang Cagara lainnya.
"Takdir gue kok bisa gini, ya?" monolognya.
Menggusak pikiran yang mengganggu. Perempuan itu menata buku-buku Cagara pada tempatnya. Namun, kening Killa mengernyit penasaran.
"Frame foto?" gumam Killa. Masih menatap penasaran pada frame yang terjatuh dari sela-sela buku.
Killa mengambil frame foto tersebut dan membaliknya, berniat melegakan penasarannya.
Kening Killa semakin mengernyit dalam. "Nggak asing." Banyak pertanyaan dalam benak Killa, matanya menyipit melihat cewek yang berada dalam satu frame bersama Cagara.
Foto Cagara yang tetap terlihat dingin dan foto seorang cewek yang menggengam tangan Cagara sangat senang. Di bawah foto itu juga terdapat Cagara yang sedikit tersenyum tipis, dan cewek yang mengecup pipi Cagara. Atau lebih tepatnya seperti, mengecup ujung bibir Cagara.
Hampir saja frame tersebut teremas jari jemari Killa. Persaan gusar melanda tanpa arahan, pikirannya berkecamuk akan seseorang yang terlihat tidak asing baginya. Mengapa cewek itu selalu menatap Cagara, membuat wajahnya tidak terlihat sempurna.
Menatap tajam frame itu, hingga suara decitan pintu mengagetkannya. Buru-buru Killa mengembalikan frame tersebut.
"Sudah pulang?" tanya nenek Willya sembari mendekat ke arah Killa.
Killa berbalik, menatap nenek Willya. "Sudah, nek," jawab Killa.
Nenek Willya mengambil duduk di bibir ranjang milik cucunya. Killa menunggu akan sesuatu yang terlontar dari bibir pucat berkerut milik wanita paruh baya itu.
"Kamu kerja?" tanya nenek Willya tanpa basa-basi.
Killa menatap nenek Willya, napasnya terasa tercekat. Berkutat dengan pikirannya, Killa meremas sisi bajunya.
Anggukan kecil menjadi jawabnya. "Iya, nek," jawab Killa sembari menundukkan kepalanya.
"Kamu tanggung jawab Cagara, minta yang kamu butuhkan sama dia." Nenek Willya menjeda ucapannya. "Boleh nenek minta kamu berhenti kerja?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAGARA
Short Story"CEWEK SIALAN! Berani banget Lo sama gue!" Ya, kurang lebih umpat seperti itu selalu lolos setiap harinya dari bibir seorang CAGARA KHALAFA DAEIRLANGGA. °°° Kejadian malam itu merubah segalanya bagi dua remaja berbeda gender. °°° Kehidupan yang abu...