16~CAGARA

4.1K 201 18
                                    

Hallo!

Sebelumnya maaf yaa, kalau part ini mungkin nggak banyak dialognya

Sebelumnya maaf yaa, kalau part ini mungkin nggak banyak dialognya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Killa merenggangkan ototnya setelah sampai di rumah lebih awal. "Tumben sepi," gumam Killa. Tangannya menarik handle pintu yang tampaknya dikunci.

Pot bunga mawar. Di bawah pot itu Killa yakin ada sebuah kunci, sudah menjadi kebiasaan jika rumah itu ditinggal.

Baru saja membuka pintu kamarnya sudah dibuat kaget dengan keadaan kamar itu yang jauh dari kata rapi. Tas, buku, kaos kaki, seragam, dasi, ikat pinggang, sepatu, bahkan baju-baju lainnya memenuhi lantai dan ranjang.

"Sabar Killa, sabar nggak boleh ngumpat," ujar Killa memijat pangkal hidung.

Perempuan itu memilih segera mengganti pakaiannya dan melenggang ke dapur untuk memasak makan siang. Walaupun sudah hampir jam tiga sore.

Tumis kangkung dan telur balado akhirnya selesai dihidangkan. Tanpa menunggu, Killa segera memakannya sebelum beralih pada kegiatan lainnya.

Killa mengusap pelan perut yang sedikit berisi. "Adek kenyang? Maaf tadi nggak sempat makan siang di kantin," ujarnya merasa bersalah.

Selesai membersihkan dapur, Killa beranjak untuk membersihkan bilik kamar milik Cagara yang sudah dibagi menjadi miliknya juga. Baju-baju yang masih berserakan menyambut indra penglihatan perempuan itu ketika memasuki kamar bernuansa putih-abu, masih sama seperti ketika ia memasuki kamar ini tadi.

Tangan Killa bergerak memunguti seragam milik Cagara yang sudah kotor dan memilah baju-baju Cagara lainya untuk dimasukkan pada keranjang. Tidak tahu apa yang dilakukan Cagara hingga membuatnya terheran-heran dan juga sedikit menyusahkan.

"Untung suami, walaupun serasa nikah di atas kertas aja," gumam Killa sembari memasukkan baju-bau Cagara yang sudah terlipat rapi ke dalam almari.

Perempuan cantik itu mengelap piluh yang membasahi dahinya. "Nggak ke-café, tapi ini serasa dua kali lipat kerjanya," gumamnya membuang napas lelah sembari mengamati setiap sudut kamar itu, sudah sedikit cukup rapih.

Jam di atas nakas mencuri perhatian Killa. Pukul empat sore. Matanya menelisik kamar yang tidak terlalu luas itu. Masih ada beberapa buku-buku milik Cagara yang berserakan di atas ranjang dan meja belajar milik cowok itu.

"Udah jam segini belum sempet solat. Gini doang capek, gapapa lanjut nanti aja," gumam Killa sebelum beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Perempuan berbalut mukena putih terlihat khusyuk mengadahkan tangannya selesai menunaikan solat ashar. Suara lirih Killa terdengar, mengadah memohon ampun dan berdoa.

"Ya Allah, hanya kepada-mu hamba berserah. Hamba pasrahkan semua alur yang engkau percayakan pada hamba, berikanlah hamba kekuatan untuk melewatinya. Ya Allah dekatkanlah hamba dengan kedua orang tua hamba, kembalikan suasana keluarga hamba yang dulu. Dan jagalah janin dalam kandungan hamba. Aamiin." Bulir air mata membasahi pipi Killa, penuh harapan yang Killa panjatkan kepada sang penciptanya. Besar kerinduan yang ingin Killa lepas, kembali menjadi putri kecil orang tuanya, menjadi peri kecil adek laki-laki kesayangannya, dan perisai hebat untuk adek bungsunya.

CAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang