"CEWEK SIALAN! Berani banget Lo sama gue!" Ya, kurang lebih umpat seperti itu selalu lolos setiap harinya dari bibir seorang CAGARA KHALAFA DAEIRLANGGA.
°°°
Kejadian malam itu merubah segalanya bagi dua remaja berbeda gender.
°°°
Kehidupan yang abu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara riuh kembali terdengar setelah beberapa minggu melewati libur yang tentunya berbeda-beda perasaan. Mungkin ada yang senang, kemungkinan juga ada yang tidak sesenang itu.
Tiga motor sport memasuki gerbang sekolah lima menit sebelum bel berbunyi. Memarkirkan motor pada parkiran yang sudah dicap menjadi milik mereka. Namun bukan lagi diparkiran kelas XI. Melainkan parkiran khusus kelas XII.
Tiga pemuda itu mengernyitkan dahinya ketika melihat satu motor sama seperti milik mereka, yang terparkir di sana. Tiga pemuda itu saling pandang ketika helm yang melindungi kepala mereka telah dilepas.
"Motor siapa nih? Berani banget parkir di sini, tapi kaya kenal," tanya Zeifan menerka-nerka.
Devin mengangguk setuju. "Kaya motor?" Cowok itu memandang Cagara dan Zeifan bergantian, matanya melotot penuh binar.
"Kelas," ucap Cagara. Laki-laki itu berjalan lebih dahulu, meninggalkan kedua temannya yang berdiri dengan senyum penuh makna.
"Kuy!" ujar Devin kemudian menarik tangan kanan Cagara, bersamaan dengan Zeifan yang menarik tangan kiri Cagara.
"Lepas!" Cagara memberontak, menolak tarikan kedua manusia itu.
"Lepas anjing!" Laki-laki itu tetap berontak, kakinya terseret ikut berlari mengikuti langkah kedua temannya.
"Babi, anjing mulut lo!" Sebelah tangan Zeifan menampol bibir Cagara, tentu saja membuat sang empu menatapnya tajam.
"Buruan larinya!" kesal Devin dengan muka menatap kedua temannya jengkel.
Banyak yang menatap ketiga pemuda itu dengan cengo dan histeris, termasuk siswa dengan seragam masih kaku. Alias seragam baru dan tentunya siswa baru SMANKA.
"Kok nggak ada!" seru Devin dengan napas terengah-engah ketika sampai di dalam kelasnya.
Cagara dan Zeifan juga tak beda jauh dari cowok yang menyandang status ketos itu.
"Anjir, terus siapa?" tanya Zeifan, cowok itu masih mengatur napasnya yang memburu tak beraturan.
"Ngapain sih?" tanya Cagara yang terlihat kesal.
Devin dan Zeifan menyengir lebar. "Kalau bukan motor Tama, terus motor siapa?" kompak dua cowok itu.
"Sial! Mana gue tau," balas Cagara, tentu merasa dongkol dengan dua temannya itu.
Laki-laki itu melemparkan tas hitam-abu miliknya pada meja. Kemudian berjalan menuju bangku pojok dan mendudukkan dirinya di sana.
"Bolos kuy, males upacara gue. Nggak banget, panas," ujar Zeifan, sontak saja Devin melempar topinya tepat mengenai wajah Zeifan.