06~CAGARA

5.9K 248 5
                                    

Hallo

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bangunan tidak terlalu luas dengan gerbang yang terdapat tulisan 'Panti Asuhan Semesta Ceria.' Masih pukul enam pagi Cagara sudah berada di bangunan yang sudah dianggap rumah olehnya. Laki-laki itu duduk pada halaman belakang panti yang terlihat sejuk.

Netral gelap milik Cagara perlahan terpejam, menikmati sinar pagi yang menyorot. Tak kala pikirannya berkeliaran akan jalan yang menunjukkan beberapa hal untuk dijadikan pengalaman nantinya. Berbagi hal yang Cagara temui di setiap jalan selalu memberi pelajaran, entah itu dapat diterima atau tidak.

Cagara mengguyar rambutnya pelan, netral gelap yang selalu menyorot tajam itu perlahan terbuka. Hatinya sedikit terenyuh melihat pemandangan pertama setelah membuka kelopak matanya.

"Masa kecil kita sama, semoga masa dewasa kalian jauh dari masa dewasa gue. Abang kalian ini bodoh banget, menyerahkan masa menyenangkan kepada luka secara cuma-cuma." Cagara terkekeh, masih menatap binar anak-anak panti yang saling melempar canda.

Tangannya kini bersedekap dada, masih terus membidik wajah ceria banyaknya anak di depan sana. "Nyatanya yang paling baik berakhir menjadi musuh. Lantas masih pantaskah mempercayakan sebuah harapan pada seseorang?" gumam Cagara beralih menatap langit biru berhias awan di atas sana.

"Semua harus diterima dengan baik? Curang kalau cuma kita yang menerima, sedangkan mereka acuh." Tidak tahu serpihan demi serpihan apa yang mengganggu pikiran Cagara. Menemani kesendirian dengan berisiknya isi kepala tanpa ada habisnya.

Ujung bibir laki-laki itu sedikit terangkat, membentuk seulas senyum yang sangat samar. Kelopak matanya kembali menutup netral tajamnya, mengakhiri bidikan kebahagiaan yang selalu terpancar tanpa kata lelah ikut mencampuri.

"Tumben kamu ke sini, ada yang ganggu pikiran kamu?" Suara yang terdengar lembut dan menenangkan itu membuat Cagara berbalik.

Wanita dengan hijab yang menutupi hingga dadanya berdiri melempar senyum manis. Wanita muda yang sudah Cagara anggap seperti ibunya sendiri.

"Nggak, Bun. Cuma mau main," elak Cagara kembali menatap awan cerah yang tersilau sinar matahari pagi.

"Iya, kalau ada yang ganggu pikiran kamu, Bunda siap jadi pendengar. Anggap saja Bunda, Ibu kamu," ujar wanita itu mengelus sayang bahu Cagara.

Sadera Anuradha, wanita 31 tahun yang beberapa tahu terakhir ini mengurus Panti Asuhan Semesta Ceria peninggalan ibunya. Yang dahulunya selalu Cagara anggap kakak, kini menjadi sosok ibu ke dua bagi Cagara juga anak-anak lainnya.

Cagara tersenyum tipis mendengarnya, hatinya sedikit berdesir. "Gara aja nggak tahu Ibu kandung sendiri," gumamnya dapat di dengan jelas oleh Bunda Dera.

CAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang