"Aku yang banyak menelan kenyataan pahit hanya mengharapkan masa depan indah menanti, bahkan sampai di ujung malam terakhir mimpiku. Dimanapun aku berada, jantungku berdetak karenamu."
Mengatakan aku mencintaimu saja tidaklah cukup. Karena aku tau, pada akhirnya kau akan pergi meninggalkanku
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Masih dihari libur sekolahnya. Dari pagi hingga siang Rhesa menghabiskan waktunya hanya menonton kartun di televisi seharian, semua pekerjaan rumah sudah diselesaikan, namun ia masih tetap merasa jenuh. Di rumah pun dia hanya sendirian karena Mina dan Zidan sedang keluar bertemu dengan teman-temannya. Jam sudah menunjukan pukul satu siang dan jam alaram yang Rhesa kenakan berbunyi 'Tintintin' yang artinya saatnya ia menelan obatnya. Di meja makan, Rhesa menelan satu persatu obat miliknya yang hampir satu kantong banyaknya.
Rhesa biasanya memeriksakan kesehatannya pada Haris dua kali seminggu, namun belakangan ia semakin jarang memeriksa kesehatannya karena ia tidak sesering dulu merasakan sakit di dada. Dulu Rhesa bisa empat kali setiap seminggu merasa sakit dibagian dada serta ulu hatinya, tapi kini dadanya hanya merasa sakit jika sedang mengalami stres yang berlebihan. Dan Rhesa mengira jika sudah ada kemajuan terhadap kondisi kesehatan jantungnya.
Saat Rhesa hendak menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya, pintu depan terketuk tanda seseorang mendatangi rumahnya. Rhesa mengerutkan alisnya sejenak, berpikir siapa yang datang mengunjunginya di hari minggu, ia pun segera berjalan ke menuju pintu depan untuk membukanya.
"Rizal? Kenapa datang?!" tanya Rhesa.
Sedikit terkejut menang dengan kehadiran Rizal yang mengunjunginya di siang menuju sore.
"Sesuai kesepakatan, yang kalah harus traktir yang menang." celetuk.
"Jadi? Lo mau traktir gue makan?" goda Rhesa sambil tersenyum senang.
"Cepet. Kalo lama gue tinggal!"
"I-iya. Gue ganti dulu. Lo tunggu, ya." tandas Rhesa.
Rizal mengangguk. Rhesa lantas kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaian. Sebenarnya kemarin mereka terus berdebat tidak ada yang mau kalah, namun kedatangan Rizal ke rumah Rhesa menunjukan jika Rizal mengakui kekalahannya.
***
Hari yang sama, namun tempat yang berbeda. Di sebuah rumah tepatnya di kediamannya Gasta, ia dan kawan-kawannya sedang sibuk berkutik di dalam kamar sedang melipat kertas membentuk rangkaian bunga hingga menjadi sebuah buket. Gasta mengajak Aji dan Jusuf berkumpul di kamarnya hanya untuk membantunya membentuk bunga origami. Sudah sekitar tiga jam berlalu, puluhan tangkai bunga dari kertas mereka buat sudah terlihat indah dan rapi.
"Mau butuh berapa banyak, Gas?" tanya Jusuf pada sang pemilik kamar.
"99." balas Gasta.
"Kenapa gak 100 aja, njir?" tanya Aji.
"Udah, tinggal bikin aja." balas Gasta.
Aji menghela napas dan lanjut melipat kertasnya membentuk bunga. Hingga lamanya merakit, akhirnya buket bunga kertas yang berjumlah 99 selesai dibuatnya. Gasta merekahkan senyumannya melihat buket kerajinan karya teman-temannya yang sudah jadi, ia sangat berterima kasih pada teman-temannya karena sudah membantunya membuatkannya.