36. Shut Down

218 24 2
                                    

Dari kemarin malam Gasta sulit untuk tertidur setelah membantu Rizal keluar dari kantor. Perasaan gundah pun tidak henti-hentinya berkelana dalam benaknya, dan firasatnya mengatakan hal buruk akan segera terjadi. Kemarin ia memang disuruh Hendra untuk mengambil laptop yang tertinggal di kantor, karena ada kejadian yang membingungkan (baginya) Gasta jadi tidak sempat untuk mengambil laptop.

Sepulang dari sekolahnya Gasta mendapatkan dua puluh panggilan tak terjawab dari ayah tirinya. Hendra bukan tipe ayah yang selalu menelpon anak-anaknya sampai puluhan kali, Gasta tahu maksud dari panggilan tersebut, mungkin Hendra sudah mendengar kabar tentang keadaan kantornya. Karena tidak ingin diintrogasi atau ditanyai ini dan itu oleh ayahnya, Gasta memilih tidak pulang ke rumahnya dan Aji sebagai teman dekatnya mengijinkan sahabatnya untuk menginap di rumahnya. Aji juga mengajak yang lainnya untuk berkunjung ke rumah...sekaligus menyelesaikan konflik yang belum terselesaikan dengan Alyan.

Jam menunjukan pukul setengah enam petang. Di kediamannya Aji ada beberapa anak-anak yang sedang berkumpul, Chandra, Aji, Alyan, Jusuf, dan Gasta. Mereka sedang tertawa sambil membicarakan hal lampau,

"... Ah bodo, gue udah gak suka Liza lagi. Sekarang gue punya crush, namanya Bianca anak kelas sebelah. Wih! Cantik gila bro! Kulitnya putih, pinter, bodynya kaya gitar Spanyol." ucap Aji sambil memakan kacang. Dia dan Alyan sudah baikan setelah melakukan mediasi dengan teman-temannya kemarin.

"Ummi juga ngelarang gue buat pacaran. Katanya inget 17:32," kata Alyan.

"Berarti lo kudu balik dong, ini udah pukul 17:40. Hayo loh, dimarahin ummi!" sahut Jusuf terdengar naif.

"Si paling sabar ngadepin Ucup 'kan gue." gerundel Alyan.

Gasta yang mendengar obrolan teman-temannya pun hanya menggelengkan kepalanya, pria itu sedang duduk di pojokan sambil memainkan gitar milik Aji, tentunya sambil menghisap rokok yang diapit antara jadi telunjuk dan jari tengah. Gasta tau jika teman-temannya itu jelmaan buaya darat yang tidak akan sanggup mencintai satu gadis saja, hal baiknya adalah adiknya selamat dari ancaman para predator-predator itu.

"Kemarin mobil yang hampir nabrak gue gimana?" Gasta menanyai.

"Wih! Gue tangkep tuh bawa ke kantor polisi. Gue bilang gini sama pak polisinya, 'Pak, orang ini melanggar peraturan pasal 312 Undang-Undang nomer 22 tahun 2009!' terus beres deh. Makasih dong sama gue," balas Aji.

Mendengar argumen yang Aji sampaikan tadi membuat yang mendengarnya bertepuk tangan kagum. Mereka pikir Aji itu orangnya tidak terlalu pandai, tapi siapa sangka ia pandai dalam bidang hukum termasuk menghafalkan undang-undang.

"Calon advokat nih boss, senggol dong." imbuh Aji yang bercita-cita ingin menjadi pengacara.

"Gak usah sampe bawa kantor juga kali. Gue cuma lecet sedikit aja." kata Gasta.

"Udah gak papa. Gue tunggu balas budi lo." timpal Aji.

"Weh! Nolong yang ikhlas dong!" ketus Gasta yang dibalas tawaan oleh Aji dan teman-teman yang lainnya.

***

Kala angin bertiup dengan dinginnya di malam hari, sebuah mobil hitam melaju dengan cepat membelah jalanan. Dia Hendra. Ia baru saja mendapatkan berita jika Gasta membantu seorang penyusup asing yang ada di kantornya. Mengetahui tentang itu ia segera mencari keberadaan Gasta.

Hendra lantas menghentikan mobilnya di depan rumah Aji, karena Gasta biasa bermain di sana. Di depan rumah itu terdapat suara gitar yang dimainkan serta kumpulan anak-anak SMA yang belum mengganti seragamnya, ia kemudian keluar dari mobil dan bergegas menuju rumah itu. Suasana berisik seketika menjadi sunyi saat mereka menyadari kehadiran Hendra.

Detakan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang