03. Almamater

1K 76 2
                                    

Pertemuan indah tidak semestinya akan berakhir indah dan pertemuan menyedihkan juga tidak semestinya berakhir indah pula.

Pertemuan indah tidak semestinya akan berakhir indah dan pertemuan menyedihkan juga tidak semestinya berakhir indah pula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi telah menjelang saat sang fajar muncul dari ufuk timur. Di sisi lain, jam alarm di kamar seorang gadis bernama Rhesa terus berbunyi sejak jam lima subuh. Kendati demikian, gadis itu tidak kunjung terjaga saat jam alarm ponselterus berbunyi.

Suara alarm itu terdengar hingga ke dapur hingga membuat Zidan yang sedang menyantap nasi omelet beranjak dari tempat duduk dan berjalan menaiki tangga menuju kamar Rhesa berniat untuk membangunkannya. Setibanya di depan pintu kamar Rhesa, Zidan lantas mengetuk pintu dengan sangat keras menggunakan kedua tangan yang dikepalkan.

"Kakak!! Bangun!!! Woyy!! Telat nanti!! Kak Rhesa!!! Woy!!" teriak Zidan.

Dari dalam kamar, Rhesa langsung terbangun saat mendengar teriakan dari Zidan yang cukup mengagetkannya. Rhesa langsung mendudukan posisi tidurnya dan mematikan alarm pada ponselnya, ia beranjak dari ranjang dan berjalan ke arah pintu dengan perasaan kesal. Ia berniat untuk memarahi adiknya karena membangunkannya dengan berteriak seperti tadi.

"Idih? Apa-apaan anak cewek jam segini baru bangun. Kaya babi tau gak, sih?" ledek Zidan setelah Rhesa membuka pintu.

Melihat Rhesa yang terlihat memasang raut wajah kesal. Zidan langsung melarikan diri begitu saja karena takut kakaknya mengunyel-unyel dirinya seperti yang biasa dilakukannya.

"Zidan!! Sini lo!!" teriak Rhesa.

Tetap saja Zidan tidak menghiraukan teriakan kakaknya. Ketika berada di meja makan, Rhesa tidak henti-hentinya menatap Zidan dengan tatapan kesal. Mina sebagai ibunya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua anaknya yang tidak pernah akur. Mereka bertiga lantas menghabiskan sarapan yang sudah disiapkan Mina tadi.

"Sa, obatnya jangan lupa dibawa. Nanti ketinggalan lagi." Mina mengingatkan.

"Iya, bu." balas Rhesa.

"Kalo waktunya pulang langsung ke rumah. Jangan mampir. Jaga kondisi kamu. Jangan bikin ibu atau Zidan khawatir. Ingat itu!"

"Iya, ibu. Kakak bakal baik-baik aja. Gak perlu terlalu khawatir aja. Ibu juga harus fokus sama diri sendiri." tutur Rhesa.

Sesaat setelahnya, ketiga orang tersebut menghabiskan sarapannya hingga tandas. Begitu pun Rhesa dan Zidan yang langsung bersiap untuk sekolah.

Usai berkemas menata semua perlengkapan sekolah, Rhesa sedang menatap dirinya yang sedang memakai dasi kupu-kupu di kerah bajunya. Ia kemudian menatap dirinya di depan cermin sambil tersenyum manis memperhatikan wajah cantiknya. Tetapi, senyuman itu seketika berubah menjadi datar.

"Menyedihkan," gumamnyaa.

Gadis itu lantas mengambil ransel sekolahnya yang ada di atas kasur dan berangkat dengan Mina yang menghantarkannya. Selama perjalanan menuju sekolah bernama SMA Janitra, Rhesa tidak memiliki semangat untuk sekolah, baginya sekolah bukan tempat belajar melainkan tempat untuk mencari kesenangan. Meski ia bisa terbilang gadis pandai, namun setiap hari rasanya malas untuk sekolah. Bukan karena pelajaranya yang membosankan, melainkan orang-orang yang berada satu kelas dengannya.

Detakan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang