Bersamamu, adalah cerita yang tidak ingin kuakhiri
Malam itu angin bertiup lebih kencang hingga membuat suhu udara menjadi dingin. Entah karena akan turun hujan atau karena ia baru selesai latihan. Adnan tadi mengatakan keberangkatannya ke Bandung dua hari lagi. Karena semua barang-barang pribadinya ada di rumah lamanya, ia pun pergi ke rumah itu untuk mengambilnya.
Sesampainya di rumahnya, ia mendapati mobil avanza berwarna putih yang terlihat asing terparkir di halaman rumahnya, bahkan pintu rumah tersebut terbuka. Karena penasaran, pria itu segera masuk ke dalam rumahnya. Ia melihat keadaan di dalam rumah itu terlihat sepi seperti tidak ada orang.
"Ada orang di sini?" monolog Rizal.
Sesaat setelah itu terdengar suara tawaan yang menyerupai seorang wanita serta diiringi suara dari sepatu yang beradu dengan lantai terdengar, dan kedua suara itu terdengar dari tangga. Saat Rizal menoleh ke arah tangga, benar saja jika ada seorang wanita paruh baya sedang berjalan menuruni tangga, dia adalah Manda, ibunya Gasta.
"Mau apa lo ke sini!" tanya Rizal. Remaja itu terlihat marah. Toh, siapa yang tidak marah jika rumahnya dimasuki tanpa izin, apalagi yang masuk adalah orang yang telah membuat hidupnya menderita.
"Ibu dengar kamu bakal ke Bandung, ya? Ibu bangga banget akhirnya kamu bakal jadi seorang atlet. Duduk gih sebentar." tintah Manda.
"Bilang apa mau lo, dan lekas pergi dari sini! Ini bukan rumah lo!." ucap Rizal.
Manda terkekeh mendengar ucapan Rizal tadi, wanita paruh baya itu terus berjalan semakin mendekati Rizal, hingga sudah berada di depannya, ia kemudian mengusap rambut Rizal sambil tersenyum teduh.
"Rizal sayang, boleh gak saya denger kamu panggil saya dengan sebutan 'Ibu'" pinta Manda.
"Gak!! Lo bukan ibu gue. Dan itu berlaku untuk selamanya!" tekan Rizal.
"Kenapa kamu tega mencebloskan ayahmu ke penjara? Saya sangat kecewa. Itu mungkin alasan ibumu tidak pernah menyayangimu!" sentak Manda.
"Jangan sentuh gue! Udah cukup lo bikin hidup gue kaya gini. Gue gak akan biarin lo hidup bahagia di atas penderitaan gue lagi!" seru Rizal seraya menepis tangan Manda dari kepalanya
"Kita manusia, sifat kita serakah. Kamu pun seperti itu, 'kan?"
"Enggak, sekalipun gue serakah, gue gak akan bikin hidup orang lain menderita." tangkis Rizal bergitu saja.
"Kamu yang membuat hidup saya jadi berantakan! Dan kamu pantas untuk mati." ucap Manda tersenyum aneh di akhir kalimat.
Rizal dibuat menelan ludahnya gugup. Saat ia melangkahkan kakinya mundur, Manda ikut melangkahkan kakinya maju, seperti itu sampai beberapa kali.
"Berhenti!! Jangan macam-macam!" Rizal memperingati.
"Semua masalah yang menimpa saya itu karena kamu!" cecar Manda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detakan ✔
Novela Juvenil"Aku yang banyak menelan kenyataan pahit hanya mengharapkan masa depan indah menanti, bahkan sampai di ujung malam terakhir mimpiku. Dimanapun aku berada, jantungku berdetak karenamu."