18. Run Away

271 35 1
                                    

Mengharapkan sesuatu pada manusia adalah hal menyakitkan

Sendari tadi Rizal tidak henti-hentinya menggigiti kuku jarinya karena perasaan cemas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sendari tadi Rizal tidak henti-hentinya menggigiti kuku jarinya karena perasaan cemas. Pasalnya sejak ia kembali ke kelas setelah menemui Adnan, guru olahraganya, Rhesa tidak kunjung kembali ke bangku miliknya. Bahkan hingga detik-detik menuju suara bel pulang hendak berbunyi. Karena khawatir, ia jadi buruk sangka terhadap Hera dan Liza.

Bel pulang akhirnya berbunyi, segera Rizal mengambil ransel miliknya dan berlari menuju pintu, ia lantas berdiri tepat di depan Liza dan Hera untuk mencegahnya keluar dari kelas.

"Liza! Hera! Dimana Rhesa?!" tanya Rizal.

"Rhesa ya? Udah gue bunuh tadi, Ha-ha." seringai Liza.

"Iya tuh. Nih kita mau melayat di rumahya. Mau ikut?" sahut Hera.

"Dimana Rhesa! Kalian apain dia!" seru Rizal.

"Minggir! Lo aneh banget tau gak!" ketus Hera.

Hera dan Liza lantas pergi berlalu begitu saja meninggalkan Rizal. Karena hanya mendapatkan jawaban yang membingungkan dari kedua gadis tadi, ia menggerang keras lantaran panik setengah mati karena Rhesa yang menghilang secara tiba-tiba.

Anak itu lantas keluar dari kelasnya  berniat mencari Rhesa ke seluruh bagian sekolah, ia benar-benar berharap akan menemukan gadis itu. Namun baru saja niat itu muncul, dari arah depan Rizal melihat Adnan guru olahraga yang sedang berjalan ke arahnya.

"Cepat ke arena renang, yang lain udah nunggu." titah Adnan saat berlalu melintas di depan Rizal. Guru itu lantas melanjutkan langkahnya.

Rizal dibuat mendecak sebal. Sialnya ia ingat ada jadwalnya untuk latihan sepulang sekolah nanti. Jika sudah berkaitan tentang lomba atau olimpiade renang, mungkin akan selesai setelah jam delapan malam. Saat itu pula rasanya ingin marah karena khawatir tidak bisa mencari keberadaan Rhesa.

***

Di sisi lain, seorang pria sedang berjalan di koridor dengan langkah kaki yang cepat. Setiap langkah kaki yang dihentakan membuat marahnya semakin memuncak. Dia Gasta. Seseorang mengabarkan padanya jika Rhesa dikunci di tolilet, orang itu juga mengatakan jika gengnya Liza yang melakukan itu. Mengetahui kabar itu membuatnya khawatir dan langsung bergegas menuju toilet wanita untuk menemui Rhesa, ia harap keadaan gadis itu baik-baik saja.


Gasta akhirnya tiba di depan toilet wanita, pria itu meletakan kedua tangannya di pinggang sambil menghelakan napasnya. Ia sudah tidak habis pikir dengan kelakuan Liza. Kemarin dia memfitnah Rhesa dengan tuduhan pencurian, sekarang dia malah mengunci Rhesa di kamar mandi.

"Liza! Bener-bener lo, ya!"  monolog Gasta kesal.

Gasta kemudian masuk ke dalam toilet wanita. Dikarnakan semua siswa-swi sudah pulang, Gasta tidak mempermasalahkan jika masuk toilet wanita. Setelah masuk, ia melihat ada satu pintu toilet yang  tertutup. Gasta pun mendekat dan memastikan jika memang benar ada Rhesa di dalam.

Detakan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang