23. Quiet Street

247 26 1
                                    


Jangan pernah mengharapkan seseorang yang belum melupakan masa lalunya.

Rizal bilang ingin mengajak Rhesa bertemu jam 8 malam di taman, namun sebelum berangkat, Rhesa mengisi perutnya terlebih dahulu yang kelaparan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rizal bilang ingin mengajak Rhesa bertemu jam 8 malam di taman, namun sebelum berangkat, Rhesa mengisi perutnya terlebih dahulu yang kelaparan. Saat gadis itu baru saja menghabiskan setengah makan malamnya, Zidan datang dengan memegang kantong kresek hitam di tangannya hendak berjalan ke arah rak piring untuk mengambil piring, sebelum akhirnya ia mendudukan dirinya di meja makan berhadapan dengan kakaknya.

Zidan kemudian membuka isi bungkusan yang dibawanya tadi. Saat membukanya, aroma harum dari bau masakan langsung tercium. Zidan tersenyum riang melihat seafood saus padang yang berwarna merah mencolok yang baru dibelinya. Rhesa yang melihatnya seketika menelan ludahnya karena tergiur dengan seafood saos padang yang sedang disantap adiknya. Terlebih dengan lobster dan kepiting yang terlihat montok itu.

"Wuh! Enak banget gila! Sayang banget manusia di depan gue gak bisa makan ha-ha" seru Zidan yang sebenarnya mensakras.

"Bosan hidup ya lo!" seru Rhesa.

"Dih? Kenapa marah? Bukannya lo kemarin makan enak sama ibu tanpa ngajak gue? Dibeliin tas bagus lagi. Makan tuh sayur bayam biar sehat, ha-ha." sembur Zidan dengan wajah julidnya.

Zidan hanya merajuk karena kemarin tidak diajak makan di restoran bersama ibunya. Zidan juga ingin sekali makan di sana untuk melepaskan rindu terhadap mendiang ayahnya. Untuk membalaskan dendamnya, Zidan membeli seafood dan memakannya tepat di depan Rhesa. Sekalipun Rhesa menginginkan seafood itu, tapi tetap saja penderita penyakit jantung dilarang untuk memakan seafood.

Merasa kasihan dengan sodarinya, Zidan pun memberikan sepotong jagung dan memberikannya di atas makanan Rhesa. Namun Rhesa mengangap itu sebuah penghinaan. Melihat raut wajah Rhesa yang semakin tertekan, Zidan bangkit dari duduknya. Jika wajah Rhesa sudah memeraha seperti itu, tentu hal yang terjadi adalah Rhesa yang berlari mengejar Zidan. Rhesa benar-benar ingin menerkam adiknya yang begitu jahil dan nakal.

Seluruh sudut rumah menjadi area kejar-kejaran oleh kedua kakak-beradik itu. Mina yang sedang menonton televisi sudah tidak heran lagi dengan kedua anaknya, ia tetap tenang menonton Aldebaran meski sofanya bergetar saat Zidan berdiri di sana mencoba menghindari Rhesa yang hendak memukulnya menggunakan bantal.

"Turun gak!!" ketus Rhesa.

Zidan menjulurkan lidahnya sebelum akhirnya ia berlari menghindari Rhesa. Merasa semakin ditantang, gadis kelahiran 17 silam tersebut lantas melompat seperti cheetah yang hendak menerkam rusa. Akhirnya Rhesa berhasil menangkap adiknya, kesempatan diambil dengan terus menecek leher Zidan dengan kakinya.

"IBUU!!! TOLONG!!" pekik Zidan.

"Teriak lebih keras lagi! Dasar anak nakal!" ketus Rhesa.

"Kak, udah dong. Kasihan Zidan." lerai Mina, nampak sudah lelah dengan kebisingan yang mereka buat.

Detakan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang