26. Why You Looked Me?

272 27 2
                                    

Masa muda memang penuh lika-liku, dan itu berlaku untuk seumur hidup

Masa muda memang penuh lika-liku, dan itu berlaku untuk seumur hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kan enak kalo dari awal ibu sama ayah gak ketemu." ucap Rizal.

Lelaki itu sedang berjongkok memeluk lututnya seraya menatap seekor anjing kecil berwarna hitam putih yang lehernya dirantai. Sembari menunggu kakak sepupunya bersiap, ia menyempatkan diri mengobrol dengan mikka, anjing berjenis chiuhahua.

"Emang semua laki-laki tukang selingkuh, ya? Kaya ayah? Coba aja kalo dari awal ayah sama bu Manda, gue gak akan ada di dunia ini...Gas Tangki juga gak bakal ada." sambungnya, namun saat menyebut nama ejekan untuk Gasta, pupilnya memutar malas.

"Kuk..kuk..." Mikka menanggapi, telinganya juga bergerak.

"Iya! Gue juga laki-laki, tapi gue gak akan kaya ayah."

"Kuk..kuk...kukk!!"

"Syukuri? Coba ngertiin? Udah gue coba, tapi lihat 'kan? Malah masuk rumah sakit jiwa? Gak gampang! Gak mudah, Mikka!" racau Rizal. Seakan mengerti dengan bahasanya.

Anjing itu mendekati kaki Rizal dan mengelus-elus lututnya. Membuat lelaki berusia 17 tahun itu tersenyum seraya mengusap kepala Mikka. Dalam pikiran Rizal mungkin anjing itu mengerti dan mencoba meringankan keluh kesahnya. 

Gilang, anak semata wayangnya dari Naya baru saja keluar seraya memutar-mutarkan kunci mobilnya. Tidak sengaja mendapati sepupunya yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya sedang berinteraksi dengan anjingnya. Ia lantas mendekat.

"Zal, ayo berangkat. Nanti telat." panggil Gilang.

Yang dipanggil langsung menoleh ke belakang dan berdiri. Gilang yang berjalan maju langsung merangkul bahu sepupunya dan mengaraknya masuk ke dalam mobil merahnya—hendaknya menghantarkan Rizal berangkat sekolah. Lantaran kampusnya searah dan mendapat kelas pagi, jadi sekalian saja.

Setelah menempuh bebeapa menit perjalanan, Gilang akhirnya menghentikan mobilnya di depan gerbang SMA Janitra. Rizal yang berpamitan langsung turun dan segera masuk melewati gerbang.

Di koridor menuju kelas, senyumannya merekah saat mendapati gadis cantik (menurutnya) sedang berjalan sendirian di depannya. Ia mempercepat langkah kakinya dan langsung menarik ransel Rhesa ke belakang agar bahunya bisa dirangkul, meski agak bungkuk karena Rhesa lebih pendek darinya.

"Hai cantik." sapa Rizal.

Sapaan tadi terasa menggelitik hati Rhesa, ia lantas melepaskan tangan Rizal yang merangkul bahunya dan langsung memukul keras lengannya.

Detakan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang