01. Prolog

3.1K 161 21
                                    

Hidup bukan tentang bahagia atau tertawa

Pagi cerah saat mentari bersinar dengan terang seperti hari biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi cerah saat mentari bersinar dengan terang seperti hari biasanya. Kicauan burung gereja terdengar seakan mengiringi langkah kaki seorang pemuda berusia 17 tahun yang sedang berjalan menuju ayunan, sebelum ia mendudukinya kemudian.

Laki-laki itu terdiam selama hampir satu jam sambil menatap kosong bangunan bertuliskan 'Rumah Sakit Sukma Ceria' yang terpampang di atas bangunan di depannya. Sesekali ia melihat pasien lain yang juga dirawat di rumah sakit jiwa itu. Emosinya pun berbeda-beda, ada yang berteriak, tertawa, menangis, ataupun termenung seperti dirinya. Laki-laki itu bernama Bagaskara Fahrizal, atau kerap dipanggil Rizal, pria jakung dengan rambut hitam legam yang terjebak di rumah sakit jiwa setelah mengalami tekanan sangat berat terhadap peristiwa yang menimpanya 10 tahun silam. Saking lamanya berada di rumah sakit itu, ia bahkan pernah berpikir akan mati dalam keadaan gila di tempat.


Dokter psikiater mengatakan jika ia mengalami Anxiety Disorders, salah satu penyakit gangguan kesehatan mental yang mengganggu perilaku dan pola pikir seseorang. Seseorang akan merasakan kecemasan maksimal dan rasa panik luar biasa yang dapat mengganggu segala aktivitas. Penyakit ini begitu berbahaya dan sudah banyak menelan korban jiwa. Tidak sedikit kasus orang bunuh diri karena tidak sanggup menghadapi anxiety-nya. Beruntung Rizal orang yang kuat dan mampu melewati trauma dan depresinya.

Ia berharap bisa keluar dari pikiran yang selalu mengikat dirinya dan ingin bahagia tanpa tetesan air mata yang jatuh. Meski sejatinya ia tau, bahwa hidup di dunia bukan tentang bahagia dan tertawa. Tapi juga bukan terus selalu di hantui oleh kesedihan dan penderitaan.

Kebanyakan orang memang menganggap depresi adalah gila, padahal orang seperti merekalah yang seharusnya diberi perhatian lebih, bukan malah dijauhi karena dianggap aneh.

Dan hari ini adalah hari dimana dokter memutuskan jika Rizal sudah sembuh dari penyakitnya, dan sudah boleh dipulangkan. Rizal yang mendengarnya pun senang karena itu adalah berita baik. Pihak rumah sakit pun sudah mengabari keluarganya tentang kesembuhan Rizal.

Ayahnya yang bernama Hendra sudah datang untuk menjemput putranya. Dari jauh, Hendra menatap Rizal yang sedang terduduk di ayunan dengan tersenyum sendu. Tangannya memegang buket bunga, ia mempererat menggenggam buketnya sebelum akhirnya ia berjalan mendekatinya. Hendra sangat merindukan putranya karena sudah sangat lama sekali tidak bertemu.

"Selamat ulang tahun, Rizal. Ambil barang-barang kamu. Kamu sekarang sudah boleh pulang," kata Hendra.

Bukannya menerima buket itu, Rizal malah menepis bunga tadi hingga terjatuh ke tanah. Ia menolak secara kasar atas pemberian dari ayahnya, dan itu membuat Hendra sedikit kesal.

Detakan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang