34. Just One Day

266 25 5
                                    


Jika satu hari saja aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku, maka tidak akan ada yang merasa kehilangan lagi

Meski dokter tidak mengatakan bahwa Rhesa sudah sembuh, pihak rumah sakit sudah memberikan izin untuknya pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski dokter tidak mengatakan bahwa Rhesa sudah sembuh, pihak rumah sakit sudah memberikan izin untuknya pulang. Begitu pun Haris yang kurang setuju dengan keputusan itu karena Rhesa belum pulih sepenuhnya dan dikawatirkan sesuatu buruk akan kembali terjadi, namun Rhesa meyakinkan Mina atau Haris jika dirinya akan baik-baik saja dan akan menjaga dirinya sendiri. Sepulangnya dari rumah sakit, Rizal langsung menunaikan permintaan Rhesa tempo hari yang mengatakan ingin menghabiskan waktu satu hari saja bersamanya. Hari minggu adalah waktu yang tepat untuk satu hari menghabiskan waktu. Meski menunaikan permintaan itu begitu menyakitkan, demi membuat Rhesa senang pasti akan dikabulkan.

Pagi itu sebelum jam menunjukan pukul enam pagi, Rizal sudah berada di depan rumah Rhesa hendak menjemput gadisnya. Begitu pun Rhesa yang sudah bersiap dengan cantiknya untuk jalan-jalan bersama. Semalam Rhesa telah membuat jadwal di buku dairy-nya apa saja yang akan mereka lakukan nanti.

Pagi itu mentari belum keluar dari persembunyiannya, saat itu pula Rizal mengajak Rhesa ke pantai untuk melihat matahari terbit sambil berjoging. Sambil menikmati angin pagi dari laut yang terus berderu, mereka berjalan tanpa alas kaki dengan ombak kecil yang melumat kaki mereka.

"Tadi malem aku ngobrol sama ibu, katanya aku diberi pilihan buat homeschooling atau sekolah biasa. Menurut kamu gimana?" pinta Rhesa saran.

"Kamu maunya gimana?"

"Hmm, aku suka suasana sekolah, tapi aku khawatir kalo drop lagi. Tapi kalo homeschooling, takut bosen!" ujar Rhesa, berkeluh diakhir kalimat.

Rizal tersenyum tipis saat Rhesa bercerita seperti anak kecil.
"Nurut aja sama ibu kamu."

"Nanti kita jarang ketemu?"

"Aku bakal sering-sering ke rumah." kata Rizal.

"Tapi.... "

"Ada yang bilang kalo SMA itu masa yang paling indah, aku setuju." ucap Rizal menyela Rhesa.

Ucapan Rizal tadi membuat Rhesa menyatukan kedua alisnya bingung. Bagi Rhesa SMA itu tidak seindah yang dipikirkan, ia pernah menjadi bahan bullyan oleh Liza dan teman-temannya. Di sekolah, Rizal juga tidak memiliki teman (Selain Rhesa) untuk sekedar mengobrol, istirahat, mengerjakan tugas, bermain, dan sebagainya. Bagaimana ia bisa mengatakan SMA itu masa yang paling indah?

"Kenapa?" Rhesa tanya.

"Karena itu adalah pertama kalinya aku lihat dan merasakan dunia sosial. Lihat orang-orang main bola, belajar, bercanda, hingga makan. Aku bahkan sempat kaget kalo dunia kaya gitu beneran ada, kirain cuma di filem yang pernah aku tonton aja." balas Rizal terkekeh diakhir kalimat.

"Memang kenapa!"

"Sejak SD sampe SMP, aku sekolah mandiri." cerca Rizal.

Rhesa tentu membulatkan kedua bola matanya terkejut dengan penuturan tadi. Pantas saja lelaki itu sangat dikenal tertutup dengan orang lain, dingin, tidak banyak bicara, tukang tidur. Namun kenapa Rizal memilih sekolah mandiri.

Detakan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang