28. Morning Scene

229 23 4
                                    

Penuhi kehidupanmu dengan keindahan

Di minggu pagi yang cerah baru saja Rhesa bangun dari tidurnya, ia bangkit dari ranjang untuk membuka tirai yang tertutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di minggu pagi yang cerah baru saja Rhesa bangun dari tidurnya, ia bangkit dari ranjang untuk membuka tirai yang tertutup. Dia tidak punya rencana atau janji pada orang lain, jadi ia berencana ingin menggunakan waktu liburnya untuk bermalas-malasan aja. Namun belum saja Rhesa hendak merebahkan kembali tubuhnya ke ranjang, Mina sudah berteriak memanggil putri sulungnya dan menyuruhnya untuk menyiram bunga di halaman atau depan rumah. Sebagai anak yang berbakti pada orang tua, Rhesa menunaikan permintaan tersebut.

Saat ia baru saja membuka pintu depan, ia dikejutkan dengan kehadiran Rizal yang sudah berdiri di depan pintu. Dilihat dari cara berdirinya yang tangannya mengepal di udara, pria itu sepertinya hendak mengetuk pintu.

"Rizal? Ngapain?" tanya Rhesa.

"Joging yuk, biar sehat." ajak Rizal.

Tanpa berpikir panjang lebar, gadis itu lantas mengangguk menyetujui ajakannya. Setelah mendapatkan izin dari Mina, barulah keduanya pergi ke taman untuk berlari pagi.

Untuk menghindari cidera, Rizal melakukan pemanasan sebelum berlari mengelilingi taman. Namun Rhesa hanya duduk lantaran malas melakukan pemanasan lantaran akan memakan waktu lama, gadis itu hanya ingin langsung lari. Setelah (hanya Rizal) melakukan pemanasan, keduanya pun berlari mengelilingi taman.

Taman itu cukup luas. Namun belum saja 300 meter berlari, Rhesa sudah mulai kelelahan, bahkan lebih parahnya lagi kakinya keseleo karena terjatuh saat mencoba melewati ban bekas yang berjejer di lapangan.

"Baru sebentar loh padahal. Makanya kalo aku lagi pemanasan ikutin, cidera 'kan jadinya!" omel Rizal.

Sejak konversasi atau obrolan di dalam kelas sepulang sekolah tempo hari, keduanya tiba-tiba menggunakan bahasa formal ketika bicara. Anak muda memang sulit dimengerti.

Keduanya lantas mendudukan diri di sebuah bangku. Saat duduk, Rizal mengangkat kaki Rhesa yang cidera dan meletakannya di paha untuk membantunya meluruskan otot yang kram. Untung saja pria itu punya keahlian dalam bidang ilmu terapi, atau bahasa santainya tukang pijat.

"Kamu mah enak ngomongnya, kakimu panjang jadi larinya cepet. Eh btw kok kamu gak capek sih? Kita udah lari jauh loh padahal." tanya Rhesa.

Tubuh Rhesa sudah bercucuran keringat, sedangkan Rizal belum ada setetes pun keringat yang keluar dari pelipisnya. Gadis itu saja yang tidak menyadari jika orang yang memiliki riwayat penyakit jantung mudah lelah, apalagi jika disuruh berlari.

"Kamu tau gak, kalo aku lagi latihan pemanasannya lebih parah dari ini." ucap Rizal yang tangannya masih memijat kaki Rhesa.

"Maksudnya?"

"Pemanasannya bisa sampe satu jam. Kita disuruh lari sepuluh kali lapangan, nge-gym, push up, sitt up, jump up, back up, terus banyak up-up lainnya sampai seratus kali. Sampe split, kalo gak bisa harus dipaksaiin sampe bisa dan lurus. Dan itu sebabnya aku selalu pulang malam, bahkan sampe jam sebelas." ujar Rizal.

Detakan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang