09. Said Sorry

338 39 4
                                    

Manusia lahir untuk dicintai, bukan merasa sendiri

Manusia lahir untuk dicintai, bukan merasa sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Baru saja bunyi notifikasi ponsel Rhesa berbunyi berdering yang menandakan ada  pesan yang masuk dan membuatnya langsung mengambil ponsel dari saku kemeja yang di pakainya, ia menatap layar ponsel untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan.

(unknown number)

|Sa.
| gw Rizal.
|gw bth bntn. Cpt dtng di kafe Shamus.
|pntng bgt!!
16:55

~

         

Rhesa mengerutkan kedua alisnya ketika mengetahui yang mengirim pesan adalah Rizal, apalagi dia mengetik pesannya sangat tidak jelas lantaran menghilangkan semua huruf vocalnya, kan susah untuk dipahami. Juga, dari mana lelaki itu mendapatkan nomor ponselnya. Rhesa menggigit bibir bawah sambil memikirkan sesuatu, ia berpikir jika Rizal mendapatkan nomornya dari grup kelas.

"Kenapa, Kak?" tanya Zidan yang dari tadi melihat kakaknya melamun.

"Eoh? Gak pa-pa. Hmm, temen Kakak ngajak ketemu. Kakak tinggal sendirian di sini gak papa,'kan?" pamit Rhesa.
        
Rhesa memang sedang menemani adiknya untuk belaja kebutuhan sehari-hari di pasaraya.

"Lah? Mana bisa gitu? Tega lo ninggalin adek kesayangan ini? Ntar diculik gimana?" Zidan mengajukan protes.

"Ya gak papa, lo nyusahin sih."

"Ih! Mana bisa gitu?! Gue gak bisa bayar di kasir, nanti plonga-plongo kaya orang idiot, lagi. Terus ada tante-tante kasih permen, terus disuruh ikut? Kak Rhes pasti gak mau kehilangan adek kesayangan ini,'kan?"

"Yaudah-yaudah, nanti gue balik 20 menit lagi. Sana pilih jajan dulu, nanti kakak yang bayar." cetus Rhesa. Pasrah karena adiknya terus saja mendumel tidak mau ditinggal.

"Oke! Siap bu boss!" tegas Zidan, hormat ala tentara.

Setelah berpamitan dengan Zidan, Rhesa melepaskan tangannya yang dari tadi memegang troli sebelum pergi meninggalkan adik laki-lakinya begitu saja pergi menuju ke kafe yang Rizal maksud. Perjalanan memakan waktu sekitar lima belas menit menggunakan angkutan umum untuk sampai di kafe Shamus. Setibanya Rhesa di tempat kaffe,  ia melihat-lihat area sekitar untuk mencari keberadaan lelaki yang menyuruhnya datang tadi.
         
Dari ujung paling belakang, Rizal mengangkat tangannya agar Rhesa bisa melihat dirinya. Setelah Rhesa menemukan keberadaan Rizal di sana, ia langsung berjalan mendekat.
         
"Ada apa?" tanya Rhesa.
         
"Gue ‘kan mau minum, nih, ya, tapi bingung mau rasa apa. Menurut lo minuman rasa stroberi atau cokelat?" bual Rizal.
         
"Gue jauh-jauh dateng ke sini cuma buat itu? Ini yang lo bilang penting?!" tanya Rhesa mulai kesal.
         
Rizal memiringkan senyumannya dengan tawaan kecil. Ia lantas mengambil sebuah buku dari tas miliknya dan menujukkan sebuah komik incaran Rhesa. Pria itu menjadikannya sebuah kipas. Melihat hal itupun membuat Rhesa menghela napas karena kesal.

Detakan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang