.
.
..
.
."Coba sini liat."
Kita beralih menuju kediaman Hagia dan Aru. Dimana mereka baru saja sampai dan kini Hagia sedang berusaha menenangkan kekasihnya.
Aru mendongak dan memperlihatkan sebelah mata nya yang memerah karena kemasukan pasir. Ia juga memegang bagian rambut yang tadi di tarik oleh Fino. Dengan telaten semua nya diperiksa oleh Hagia, hingga pada akhirnya ia menyuruh Aru untuk mandi.
Kekasihnya itu tak banyak omong jika sedang marah, malah akan diam seribu bahasa dan lebih suka menyendiri. Dulu karena hal itu Hagia sempat dibuat frustasi karena ia lebih terbiasa menenangkan anak kecil yang berisik atau seperti Fino yang akan meraung kencang sampai terdengar ke alam lain.
Hagia juga tak bisa sepenuhnya menyalahkan Aru untuk kejadian kecil ini. Di lihat dari sisi manapun kekasihnya itu masih anak anak, pernah dengar kan tentang usia mental seseorang? Mungkin Hagia atau Reka bisa saja memiliki usia mental yang sudah dewasa. Tapi Fino dan Aru... sepertinya mereka masih kalangan anak anak. Jadi Hagia tak merasa aneh sedikit pun jika kejadian seperti tadi terjadi, Aru juga punya sisi nya sendiri.
Aru akan mandi lebih lama dari biasanya jika sedang begitu, Hagia memilih untuk menyiapkan makanan dan juga beberapa hal yang mungkin Aru sukai. Film contohnya, Aru suka sekali dengan film berbagai genre. Anak itu menyukai alur cerita dengan ber-plot.
Setelah selesai menyiapkan semua itu, Hagia memesan makanan berat melalui aplikasi, jaga jaga jika Aru lapar tapi malas untuk masak dan sebagainya.
Semuanya beres tapi Aru masih betah di kamar mandi. Jika sudah memakan waktu sampai satu jam begini, baru tidak ada toleransi. Nanti dia bisa pilek dan masuk angin, Hagia tak mau itu terjadi.
"Sayang? Udah mandinya?"
Hagia bukan seorang Reka yang pastinya akan langsung mendobrak pintu jika saja kekasihnya tak menyahut saat dipanggil begini. Tapi Hagia itu seorang pengamat, ia dekatkan telinga nya pada pintu.. terdengar bunyi keran yang dimatikan. Hagia pun tersenyum saat kunci pintu terdengar dibuka dari dalam.
Aru keluar dengan handuk yang hanya dililitkan seadanya saja. Ia menunduk dengan rambut basah yang menghalangi matanya. Meski begitu sekali lihat saja Hagia paham jika anak itu habis menangis lagi. Matanya sembab dan pipi nya merah, lucu sekali dan ingin langsung Hagia terjang. Hanya saja ia masih waras dan tak berniat melakukannya meskipun ingin.
"Pakai baju yang nyaman lalu kita makan ya?"
Aru mengangguk dan berjalan menuju kamar mereka, sedangkan Hagia dengan cepat melesat menuju kamar mandi dan berniat membersihkan diri.
-
-
-
Keadaan sudah lebih baik. Aru sudah terlihat lebih rileks. Kini mereka berdua sedang berpelukan di sofa dan menonton film sambil menikmati camilan yang Hagia beli.
Lampu ruangan sengaja Hagia matikan dan gorden juga tak ia buka, meski hari masih sore namun nuansa ruangan ini sekarang sudah seperti tengah malam. Hal itu sengaja agar Aru lebih fokus menonton film nya dan untuk membuat anak itu mengantuk. Setidaknya dengan posisi mereka saat ini, dimana Hagia menyender pada sofa dan Aru yang berbaring diatas nya.. anak itu akan lebih cepat merasa mengantuk dan tertidur karena tadi siang pasti menguras sekali tenaganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend has a Little Space 2
Short Story"Fino, nampaknya disini aku yang akan paling sulit melepaskanmu. Bisakah selamanya kita hanya seperti ini saja?" "Dengan senang hati, Reka."