Kembali lagi ke keadaan yang normal. Jangan sungkan buat meninggalkan beberapa komentar ^^ terima kasiiih.
.
.
..
.
.Fino terbangun karena mendengar suara tangis Nata. Ia menatap jam dinding, menurut Fino sekarang terlalu pagi bagi bayi untuk bangun. Masih jam 3 subuh.
Fino mengintip ke dalam, bunda dan ayah masih terlelap. Mereka pasti lelah karena sedari malam tadi Nata menangis terus tidak bisa tidur.
"Ssttt Nata gak boleh berisik, ayah sama bunda masih tidur." Fino berbisik sambil menempelkan jari telunjuk pada bibirnya sendiri.
Awalnya Nata nampak lebih tenang, tapi beberapa detik berikutnya dia kembali menangis.
"Nata pipis?"
Fino mengerti. Pasti tidak nyaman tidur beralaskan kain basah karena pipis. Fino tahu kok gimana rasanya.
Jadi dia berinisiatif ingin membuat Nata lebih nyaman. Ia mengambil kain dari laci, ia ganti popok kain Nata yang sudah basah. Meski tidak terlalu mahir karena Fino hanya modal memperhatikan bunda saja. Tapi ternyata hasilnya tidak terlalu buruk.
Nata terlihat lebih nyaman. Bayi itu berhenti menangis dan menatap kearah Fino yang sedang menguap lebar.
"Fino ngantuk. Tapi kalau Fino pergi Nata pasti nangis ya."
Sampai Fino memutuskan untuk duduk saja di tepi ranjang bayi ini, betah memegangi tangan mungil Nata dan menjaga adiknya dari berbagai gangguan seperti nyamuk.
Fino bertanya tanya, kapan dia siap lepas dari little space nya ini. Fino tahu jika ayah dan bunda kerepotan. Jadi sebaiknya Fino berada dalam kondisi dewasa dulu.
Tapi sulit. Kepalanya selalu pusing dan dadanya berdebar debar jika dipaksakan.
Fino menghela nafas. Disaat saat seperti ini rasanya ia ingin pergi ke pelukan Reka dan bertingkah semaunya. Karena kalau bersama Reka entah kenapa Fino leluasa sekali melakukan apapun.
"Nata tahu Reka kan? Yang ganteng waktu itu.. Dia pacar Fino, punya Fino. Nanti kalau sudah besar Nata main ya sama Reka. Haah-- Fino kangen sama Reka."
Saat ini Fino sedang murung karena saking kangen nya kepada Reka.
Fino mau nangis tapi masa dia harus memperlihatkan wajah menangis nya di depan Nata?
Gak boleh! Fino harus kuat, soal nya Fino mau jadi kakak yang hebat.
Sebagai pengalihan atensi supaya tidak teringat Reka terus. Fino memperhatikan mainan mainan punya Nata, hadiah dari tante tante nya.
Semuanya bagus dan warna warni, Fino suka.
Lalu matanya menatap kearah bunda. Bunda nampak kedinginan karena selimutnya jatuh ke lantai.
Fino berjalan mendekat, dia menarik selimutnya pelan pelan lalu mulai menyelimuti bunda dengan benar.
Tidak cukup begitu, Fino mencondongkan tubuhnya kemudian mencium pipi dan kening bunda.
"Fino sayang sama bunda."
Habis itu dia peluk beberapa saat. Pelukan pada bunda ia akhiri kini Fino berjalan ke sisi kasur yang lain lalu memeluk ayah juga. Sampai Fino menguap dan mengantuk.
Tidak ada tempat lebih untuknya tidur di atas ranjang ini. Jadi Fino mau kembali ke kamarnya. Nata juga sudah tertidur lagi.
"Anak ayah udah besar." Theo berbisik sambil berusaha tidur. Padahal hati nya entah kenapa merasa sakit sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend has a Little Space 2
Cerita Pendek"Fino, nampaknya disini aku yang akan paling sulit melepaskanmu. Bisakah selamanya kita hanya seperti ini saja?" "Dengan senang hati, Reka."